Blimbing (malangkota.go.id) – Dikenal sebagai Kota Pendidikan, di Kota Malang terdapat 62 perguruan tinggi, baik perguruan tinggi negeri maupun swasta. Tercatat setidaknya ada 330 ribu mahasiswa aktif yang menempuh pendidikan di berbagai kampus di Kota Malang.
Selain kegiatan akademik, di sebuah perguruan tinggi tentunya memiliki kegiatan non akademik sebagai wadah mahasiswa untuk mengembangkan bakatnya. Misalnya hal-hal yang berkaitan dengan organisasi mahasiswa yang sering melakukan event, sementara dari sisi akademik, tak sedikit dari mahasiswa semester akhir yang diberi tugas untuk membuat sebuah acara.
Namun tak sedikit mahasiswa yang merasa tidak berhasil dalam perencanaan kegiatan, sehingga event yang dibuat tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya.
Melihat fenomena tersebut, Ngalup Collaborative Network (Ngalup.co) bersama MFM menggelar kegiatan MFM Class with Ngalup.co dengan tema ‘Jago Bikin Event: Dari Perencanaan Hingga Mendapat Pendanaan’ di Malang Creative Center (MCC), Sabtu (25/11/2023).
Dalam kegiatan tersebut, 100 mahasiswa akan diberikan pemahaman mengenai kiat untuk membuat dan mengelola sebuah event agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
“Kami akan memperkenalkan dan memberikan pemahaman mengenai kiat-kiat untuk pembuatan dan pengelolaan event. Fokus utamanya, untuk membangun relasi dalam sponsorship,” terang CEO Ngalup.co, Andina Paramitha.
Selain itu, mahasiswa juga diberi kesempatan untuk menyampaikan permasalahan atau pertanyaan yang sering dijumpai. “Ini sekaligus memperluas networking para peserta dengan mengenal Organisasi Mahasiswa Intra Kampus dan Unit Kegiatan Mahasiswa dari berbagai universitas di Kota Malang,” sambung perempuan yang akrab disapa Andien ini.
Acara ini menghadirkan tiga orang narasumber yang akan memberikan ilmunya, yakni Titik S. Ariyanto (Manager Public Relations & Marketing Jatimpark Group), Caesario Prima Bahari (Partnership Community & Event at Mekari/Co-founder Woreking) dan Harsya Mahendra (CEO Timur Activation).
Masing-masing narasumber akan berbagi pengalamannya menangani event. Mulai dari mendekati potensial mitra hingga kemampuan untuk mengajak mitra dalam sebuat event untuk menangkap value.
Termasuk pengetahuan mengenai minat orang-orang untuk hadir dalam kegiatan offline. Mengingat, setelah masa pandemi, keinginan orang-orang untuk hadir justru cenderung menurun.
Selain itu, juga akan memberikan pemahaman mengenai ideasional event yang powerful dan bisa diminati oleh banyak orang. Sekaligus elemen-elemen yang perlu dipertimbangkan beserta studi kasusnya.
Dalam sebuah event, tentunya juga membutuhkan adanya dukungan sponsor. Kegiatan ini juga akan memberikan pemahaman mengenai etika berkomunikasi, membuat perencanaan, agenda hingga mendapatkan sponsor atau pendanaan.
Salah satu pembicara, Caesario Prima mengungkapkan, salah satu cara untuk mendapatkan partner yang tepat dalam event adalah dengan cara riset. Hal ini umumnya ditentukan berdasarkan goals, kebutuhan dan target audiensnya.
“Kemudian, bisa dicari melalui jejaring yang sudah dimiliki dan juga sosial media. Kami lakukan analisis dan identifikasi potensial partner yang ada di luar sana, mana yang bisa kasih nilai tambah untuk event yang dibuat. Serta, bisa bikin ‘partner scoring’ untuk nentuin partner prioritas yang perlu didekati duluan,” kata dia.
Pria yang akrab disapa Rio itu menyebut, mendapatkan potential partner juga bisa dilakukan melalui email maupun orang terdekat. “Kalau sudah punya kenalan atau mitra, lobbying dan dealing akan jauh lebih mudah,” papar dia.
Dalam hal ini, pemilik event juga harus memahami kebutuhan mitranya. Misalnya, jika bekerja sama dengan komunitas, bisa memberikan esposure untuk menambah jumlah membernya. “Caranya, dengan memberikan kesempatan mereka untuk speech dan networking dengan peserta lainnya,” tandas Rio. (say/yon)