Berita

Guru Se-Jatim Nglurug PSG Rayon 115 UM

Sertifikasi merupakan salah satu kebutuhan bagi guru sebagai tenaga pengajar. Namun, tidak sedikit para guru yang kurang puas dengan adanya sertifikasi tersebut. Seperti halnya hari ini, Kamis (29/12) sebanyak 600 guru dari 11 kota/kabupaten di Jawa Timur yang tidak lulus sertifikasi nglurug ke kantor Panitia Sertifikasi Guru (PSG) Rayon 115 yang ada di Universitas Negeri Malang (UM), Jalan Semarang.

Para guru saat menyampaikan aspirasinya di aula sasana budaya UM
Para guru saat menyampaikan aspirasinya di aula sasana budaya UM

Ratusan guru dari TK hingga SMA/SMK di 11 kota/kabupaten itu melakukan orasi di dalam Aula Sasana Budaya UM, terkait proses kelulusan sertifikasi yang ditangani Rayon PSG 115 UM, yang dinilai tak profesional dan banyak kejanggalan.

Misalnya, ada peserta yang ikut dan telah meninggal, tapi tetap saja lulus. Sakit tidak ikut tes, bisa lulus. Banyak kejanggalan yang terjadi dalam proses tes sertifikasi itu. Menurut pengakuan Evi Maria, guru dari salah satu SMA di Kota Malang, pihaknya merasa heran atas semua itu.

Evi juga mempertanyakan, mengapa tenaga pengajar sekelas dirinya yang sudah dapat beasiswa dari Dinas Pendidikan Jawa Timur malah tidak lulus. Ia kuliah S2 Bahasa Inggris di Manila dan lulus dengan nilai memuaskan. ”Ada apa dengan semua ini. Apa pertimbangan ketidaklulusan saya dalam sertifikasi ini,” keluhnya.

“Sebenarnya saya delematis. UM adalah almamater saya, dan saya merasa malu. Hanya persoalannya kami tidak puas dalam proses hasil sertifikasi di Rayon PSG 115 UM ini. Masih banyak ketimpangan, dan yang lulus malah yang tes lebih dulu, karena mau ke Amerika. Ada yg meninggal tapi lulus. Ini jelas tidak benar,” kata perempuan yang sudah 16 tahun mengajar itu.

Anehnya, para guru yang tidak lulus, malah tidak tahu mengapa bisa tidak lulus. “Alasan saya tidak lulus, saya belum tahu. Ada informasi katanya karena ketahuan nyontek. Saya tidak lulus tes teori. Saya tertawa kalau dibilang nyontek,” katanya santai.

Evi menambahkan, selain ada kejanggalan, juga ada indikasi jual beli soal dan atau nilai. Hal itu sudah bukan menjadi rahasia umum di kalangan peserta sertifikasi. “Saya heran mendengar kata-kata itu. saya kira sudah tak ada seperti itu,” sambung perempuan berjilbab itu.

Untuk guru yang ikut sertifikasi bahasa Inggris, totalnya ada 220 guru dari total keseluruhan 411 peserta. “Itu khusus yang guru SMA. Yang hadir di sini seluruhnya ada 600 mulai dari TK hingga SMA dan SMK. Dampak ketidak lulusan sertifikasi itu, hanya kepada siswa. Jika seorang guru dinyatakan tidak lulus sertifikasi, maka guru tersebut dianggap tidak profesional. Itulah yang menjadi beban kami semua,” lanjutnya.

Setelah melalui proses dialog yang sangat alot antara perwakilan guru, PGRI dan pihak rektorat UM, akhirnya semua guru yang dinyatakan tidak lulus sertifikasi tersebut merasa lega. Dari hasil pertemuan itu, dipaparkan hasil tes para guru yang mengikuti tes tahun 2011 ini. Dari data itu terlihat data dan nilai hasil ujian dan terlihat siapa saja yang lulus dan tidak lulus.

Jika ada nilai yang salah atau tidak sesuai akan dikoreksi lagi. Sedangkan bagi guru yang dinyatakan tidak lulus, akan mengikuti ujian ulang di tahun 2012 mendatang. Dari pemaparan itu, terjawab sudah jika selama ini ada isu jual beli nilai, tidak benar adanya. Selain itu, sebelumnya para guru sempat ngotot agar yang hadir hari itu dinyatakan lulus.

Sebelum dialog selesai, para tenaga pengajar ini ngotot dan tidak mau menerima opsi apapun dari pihak UM, kecuali kata lulus saja pada hari itu. Dengan berbagai pertimbangan dan solusi dari perwakilan guru dan juga pengurus PGRI, akhirnya mereka bisa luluh. (say/dmb)

You may also like

Skip to content