Berita

Kalah, Dihujat, Disuruh Mundur, Itu Hal Biasa

Menjelang digulirkannya kompetisi Indonesia Super league (ISL) pada Januari 2013 mendatang, berbagai tim sepakbola yang akan berlaga dikompetisi bergengsi ini tentu melakukan berbagai persiapan, guna ingin menjadi yang terbaik. Di Jawa Timur, beberapa menggelar kompetisi piala Gubernur Jawaa Timur. Gelaran ini dilaksanakan di Malang dan Lamongan sejak tanggal 26-30 Desember lalu.

Salah satu bentuk protes Aremania
Salah satu bentuk protes Aremania

Kompetisi yang diikuti enam klub sepakbola di Jatim ini, akhirnya mempertemukan Arema Indonesia dan Persela Lamongan pada laga final di stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Minggu (30/12). Sejak laga dimulai, kedua tim menunjukkan permainan terbaiknya guna meraih juara. Diatas kertas, kubu Arema yangbanyak dihuni pemain bintang, seperti halnya Christian Gonzales, Keith Kayamba, Beto Gonsalves dan lain-lain, seharusnya bisa memenangkan laga ini.

Namun kenyataan di lapangan berbeda dengan harapan, terutama mimpi puluhan ribu Aremania yang memadati stadion saat itu. Permainan yang disuguhkan kedua tim, khususnya Arema, cenderung membosankan. Meski kedua tim di sepanjang 45 menit pertama saling jual beli serangan, namun di babak pertama skor berakhir kacamata alias 0-0.

Memasuki 45 menit berikutnya, kedua tim tidak menurunkan serangannya. Di kubu Arema, beberapa kali dilakukan pergantian pemain. Meski demikian, Arema tetap kesulitan membobol pertahanan Persela yang begitu kuat. Di menit 71 justru kubu Persela yang berhasil menerobos ke pertahanan Arema. Salah satu pemain depan Persela, Samsul Arif tidak terkawal dan berhasil menceploskan bola ke gawang Arema yang saat itu dijaga Kurnia Meiga.

Setelah terjadinya gol itu, para punggawa Arema menaikkan tensi permainan dengan melakukan serangan-serangan frontal dan presing-presing ketat. Hal yang hampir sama juga diimbangi oleh kubu Persela, yang tidak mau gawangnya dibobol para pemain Arema. Beberapa kali serangan dan peluang yang dibangun anak asuh Rahmad Darmawan ini, untuk membuahkan gol masih sulit terealisasi dan mampu dimentahkan oleh pemain serta penjaga gawang Persela, Khoirul Huda.

Justru petaka datang ke Arema pada menit 80. Pemain depan Persela, Mario Costas lolos dari kawalan pemain belakang Arema dan berhasil menambah pundi-pundi gol bagi tim berjuluk Joko Tingkir ini. Karena sudah tertinggal dua gol, kondisi stadion mulai tidak kondusif, dan para supporter mulai melakukan tindakan anarkis dengan melakukan lemparan-lemparan yang mengarah ke lapangan. Sang pelatih Arema, Rahmad Dharmawan-pun tak luput dari hujatan Aremania dan menyuruhnya turun dari kepelatihan.

Kondisi ini semakin parah ketika pertandingan usai, dimana wasit hampir saja menjadi sasaran Aremania jika tidak diselamatkan oleh pengamanan stadion saat itu. Aremania pun semakin sulit dikendalikan, dan mereka mulai merangsek masuk ke dalam lapangan untuk meluapkan kekesalannya karena tim kebanggaan mereka di kalahkan Persela. Berkat kesigapan aparat keamanan, akhirnya Aremania dapa dihalau keluar lapangan.

Setelah pertandingan usai, pelatih Arema, Rahmad Darmawan menaggapi santai hujatan dari Aremania itu. Menurut pelatih yang akrab disapa RD itu, bahwa ia sudah terbiasa menghadapi dan mengalami hal seperti itu. “Wajar Aremania kesal karena tim kebanggaan mereka hari ini kalah. Saya bisa menerima hal itu, dan saya bertanggung jawab atas semua ini. Untuk selanjutnya, kami akan melakukan pembenahan secara keseluruhan di tim guna menghadapi ISL mendatang,” urainya.

Sedangkan pelatih Persela, Gomes De Olivera mengatakan jika kemenangan ini sangat berarti bagi timnya. “Kami bisa menang dari tim sekuat dan sebagus Arema, dan kemenangan itu kami raih di kandang Arema, hal ini sangat luar biasa. Kemenangan ini merupakan salah satu modal utama tim kami guna menyongsong kompetisi ISL mendatang, meskipun di Persela masih perlu pembenahan,” ungkapnya. (say/dmb)

You may also like

Skip to content