Berita

Raditya Dika: Saya Tidak Setuju Alasan Tidak Mood

Menulis merupakan suatu hobi atau kebiasaan yang bisa dianggap sebagai pekerjaan gampang-gampang susah, tergantung dari kita sebagai penulis apakah ada kemauan dan kemampuan untuk melakukannya. Aktivitas menulis ini setidaknya bisa diawali dari suatu kegelisahan atau yang apa kita rasakan serta akan yang ingin kita curahkan.

Raditya Dika dengan kekocakannya memaparkan teknik menulis kreatif, Minggu (8/12)
Raditya Dika dengan kekocakannya memaparkan teknik menulis kreatif, Minggu (8/12)

Setidaknya hal itulah yang disampaikan oleh penulis novel kawakan, Raditya Dika saat ditemui di sela-sela acara talkshow “Menulis Kreatif” di gedung Widyaloka, Universitas Brawijaya (UB) Malang, Minggu (08/12). Menurutnya, menulis kreatif itu banyak sekali jenisnya, seperti halnya menulis novel, skenario film, film, dan sebagainya.

Untuk acara talkshow ini, kata dia, lebih pada pengetahuan dasar menulis, yaitu tentang penggalian ide untuk bahan tulisan. “Bagaimana kita mengolah suatu kegelisahan yang kita rasakan menjadi suatu tulisan yang menarik. Misalnya saja cerita semasa kecil yang kesulitan sekolah, alur percintaan, dan lain-lain,” ujar Dika.

“Dari beberapa kegelisahan atau kisah hidup ini, kita bisa mencari ide yang menarik dan menggunakan bahasa seenak mungkin. Kegelisahan yang jujur bisa diterjemahkan menjadi karya yang menarik. Dalam sebuah tulisan, kita adalah tulung punggung yang memerlukan konsentrasi dan keseriusan dalam menyelesaikannya. Jika tidak, maka tulisan yang kita kerjakan hasilnya tidak akan maksimal,” papar Dika.

Saat membuat tulisan, terang Dika, kita harus mempunyai deadline yang jelas, agar apa yang kita kerjakan lebih terukur, sehingga juga lebih memudahkan pekerjaan. Misalnya dalam sehari kita harus menyelesaikan naskah 20 halaman, maka target itu harus selesai. Kalau tidak, maka apa yang kita rencanakan akan berantakan.

Saat ditanya mengenai permasalahan yang sering dialami seorang penulis, menurut Dika, sangat banyak dan kompleks alasan klasik, seperti halnya karena seseorang sedang malas menulis, tulisan jelek, bagaimana cara mengolah tulisan, capek, dan sebagainya. “Alasan-alasan seperti itu hanya alasan belaka bagi para penulis baru agar terlihat keren,” imbuhnya.

Lebih jauh Dika mencontohkan, seperti halnya ketika seorang penulis ditanya mengenai tulisannya sudah selesai belum, dan ia menjawab dengan jawaban sedang tidak mood. Dengan jawaban itu, si penulis terkesan lebih keren dan agar dianggap sebagai penulis profesional. “Kalau saya tidak setuju dengan jawaban atau alasan-alasan seperti itu, karena yang lebih disalahkan tidak mood-nya, bukan pribadinya,” jelas Dika.

“Yang tak kalah penting juga untuk diketahui adalah, bahwa saat ini jarang orang menulis karena keinginan dari diri sendiri, tapi biasanya karena diminta. Hal seperti itu, bisa dikatakan jika yang bersangkutan sering salah motivasi awal saat akan menulis. Akan tetapi, terlepas dari itu, saat kita diminta untuk menulis, maka kita harus segera memulai dan menyelesaikannya dalam waktu singkat,” pungkas Dika. (say/dmb)

You may also like

Skip to content