Setelah KH Ma’ruf Amin terpilih menjadi Rais Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2015-2020, beberapa saat kemudian digelar pemilihan Ketua Umum PBNU di sidang Muktamar NU ke-33 di Jombang, Kamis dini hari (6/8).
Untuk kedua kalinya, Prof. Dr. KH Said Aqil Siradj, MA terpilih secara aklamasi dalam pemungutan suara yang dilakukan oleh muktamirin. Meski ada beberapa calon yang muncul seperti KH Sholahudin Wahid, KH Mustofa Bisri, KH Idrus Ramli dan beberapa tokoh NU, namun suara terbanyak diraih KH Said Aqil Siradj.
Setelah terpilih, KH Said Aqil berjanji akan fokus pada berbagai program prioritas, seperti soal kesehatan, pendidikan dan ekonomi mikro. Maka dari itu pihaknya sangat membutuhkan dukungan semua pihak untuk mewujudkan semua program itu, terutama kaum nahdliyin.
“Posisi ini merupakan amanah yang harus dijaga dengan baik serta penuh tanggung jawab. Saya tidak ada kepentingan politik dalam menduduki posisi ini. Saya tidak mempunyai basic politik, khususnya politik praktis, sehingga tidak mungkin akan ada muatan politik di tubuh NU,” jelas KH Said Aqil.
Yang tidak kalah penting, kata dia, kaum muda NU harus bisa lebih baik lagi, lebih maju, serta mempunyai karakter yang kuat untuk menyongsong masa depan. “Mereka juga penerus dan penyambung tongkat estafet NU di masa mendatang. Tantangan riil kita saat ini adalah bagaimana mengatasi dan menangkal gerakan radikal yang mengatasnamakan agama,” imbuh pria berkacamata itu.
Ditambahkannya, NU merupakan organisasi besar yang tidak bisa disamakan dengan ormas (organisasi masyarakat_red) atau organisasi kecil lainnya yang dengan mudah bisa diatur serta dikendalikan oleh pihak lain. “NU organisasi moderat yang akan mengusung misi pemersatu, membawa keteduhan, kedamaian dan keadilan bagi semua golongan serta masyarakat,” tegas KH Said Aqil. (say/yon)