Lowokwaru, MC – Banyak negara di dunia yang memanfaatkan biodiesel sebagai bahan bakar alternatif, diantaranya yaitu Columbia, Malaysia dan di Amerika Latin. Akan tetapi, dari beberapa negara itu penggunaannya masih di bawah 20 persen dan penggunaannya pun masih dalam kapasitas lokal.

Huda Wijayanto, Kepala Seksi Pelayanan Bioenergi Ditjen EBTKE Kementerian ESDM memaparkan tentang biodiesel B20, Senin (1/2)
Huda Wijayanto, Kepala Seksi Pelayanan Bioenergi Ditjen EBTKE Kementerian ESDM memaparkan tentang biodiesel B20, Senin (1/2)

Di tahun 2016 ini, Indonesia merupakan negara pertama di dunia yang menggunakan biodiesel 20 persen (B20), dan penggunaannya secara nasional. Biodiesel adalah bahan bakar nabati yang digunakan untuk mesin diesel, berupa metil ester asam lemak yang terbuat dari minyak nabati atau hewani yang memenuhi standar mutu yang diisyaratkan.

Huda Wijayanto, Kepala Seksi Pelayanan Bioenergi, Ditjen Energy Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI setelah acara Sosialisasi Pemanfaatan Biodiesel 20% (B20), Senin (1/2) di Universitas Brawijaya Malang menyampaikan bahwa biodiesel ini dapat diproduksi dari tanaman penghasil minyak, lemak hewani atau residu berlemak seperti kelapa sawit, jarak, kedelai, jagung, kelapa, nyamplung, kemiri sunan dan rapeseed.

Biodiesel ini, lanjutnya, dimanfaatkan sebagai pencampur minyak solar atau sebagai salah satu pengganti bahan bakar solar, baik untuk bahan bakar transportasi, industri, komersial maupun pembangkitan listrik.  “Dari beberapa sumber energi itu, untuk saat ini Indonesia masih fokus pada kelapa sawit, karena mudah didapat dan relatif melimpah sumbernya,” imbuh Huda, Senin (1/2).

Tahun 2014 lalu, penggunaan biodiesel untuk alat transportasi dan industri sebesar 15 persen, dan tahun 2016 sebesar 20 persen. Untuk tahun 2020 hingga 2025 nanti ditargetkan 30 persen. “Penggunaan biodiesel ini bertahap dari program sebelumnya, yaitu mulai 15 persen. Belum ada contoh B20 di dunia ini, dan Indonesia merupakan yang pertama. Maka dari itu, dengan sosialisasi ini sekaligus untuk  mengenalkan kepada dunia bahwa Indonesia tetap mempertahankan kebijakan untuk memanfaatkan bahan lemak nabati ini,” urai Huda.

“Tahun 2014 dan tahun 2015 lalu, pemerintah melalui Kementerian ESDM bersama stakeholder terkait telah melaksanakan uji jalan pemanfaatan B20 di dalam solar pada kendaraan pengguna biodiesel. Hasilnya, kendaraan pengguna biodiesel dapat menurunkan emisi gas buang atau lebih ramah lingkungan. Selain itu, penurunan power hanya sedikit serta peningkatan konsumsi bahan bakarnya,” pungkas Huda. (say/yon)

Leave a Comment

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

You may also like

Skip to content