Jakarta (malangkota.go.id) – Membawa semangat ‘Malang Kipa’, stan Kota Malang di ajang MarkPlus Conference Navigating the Unpredictables yang digelar di Ballroom Ritz Carlton Jakarta, Kamis (7/12) mampu menyedot perhatian peserta.
Menampilkan foto Kampung Warna-Warni, Kampung Glintung Go Green (3G), jembatan kaca Ngalam Indonesia serta video profil Kota Malang, pengunjung dan peserta konferensi banyak menggali informasi atas transformasi dari kampung biasa menjadi kampung-kampung tematik beraroma wisata.
“Malang Kipa atau Malang Apik (bagus) membawa satu pesan bahwa Kota Malang tidak hanya berubah baik (apik atau kipa) secara fisik, namun juga dari sisi budaya serta mindset masyarakatnya,” kata M. Nur Widianto, Kepala Bagian Humas Setda Kota Malang di sela sela kegiatan konferensi.
Pameran yang diinisiasi MarkPlus ini diikuti peserta dari pemerintahan, BUMN, swasta, media, dan multi-corporate. “Total ada 40 partisipan pameran dan 5.000 peserta konferensi. Di mana untuk konferensi terbagi menjadi enam chanelling session,” ucap perwakilan panitia kegiatan, Estonia Rimadini.
Enam chanelling yang dimaksud meliputi marketing in Indonesia 2018 dengan pembicara Hermawan Kartajaya, Navigating the Unpredictables session dengan pilihan kelas enterpreneurial marketing (engaging in marketing collaboration, executing creative tactics, exploring alternative markets), kelas Financial Agility (Creating New Creative Growth Platform).
Selain itu, kelas Organizational Transformation (creating digital ready organization, merging on line and off line strategies, using technology for marketing), chanelling Industry Player Scenario Session, Global Halal Lifestyle Trends menghadirkan pembicara Prof. Jonathan Wilson, expert in ABCDs (Advertising, Branding, Culture, Digital), channel Foresight: Where will we go? dengan pembicara Prof. Rob Walcott, executive director KIN USA dan sesi terakhir Indonesia Industry Outlook 2018,” terangnya memberikan informasi.
Founder dan Chairman MarkPlus Inc sekaligus pakar pemasaran Hermawan Kartajaya dalam materinya mengatakan tema yang diangkat tahun ini sangat erat kaitannya dengan tahun 2018.
“Tahun 2018 merupakan tahun yang sulit dipredikasi dan membuat pebisnis pesimis. Pertama karena sudah memasuki tahun politik untuk Pemilihan Presiden di 2019, kedua adalah Tehnology Disruption yang telah dianggap menghancurkan beberapa perusahaan di Indonesia, dan yang ketiga adalah ekonomi yang sulit ditebak, ada yang berpendapat lebih baik, ada juga yang mengatakan bahwa bisa terjadi krisis sepuluh tahunan,” jelas Hermawan.
Hermawan menambahkan, untuk menghadapi situasi tersebut diperlukan tools yang dinamakan enterpreneurial marketing compass, yang merupakan kombinasi antara marketing, finance dan enterpreneurship. (say/yon)