Malang (malangkota.go.id) – Latihan penerjunan dengan teknik HALO (High Altitude Low Opening) dan HAHO (High Altitude High Opening) merupakan latihan yang penuh resiko dan tidak semua penerjun dapat melakukannya karena harus menggunakan perlengkapan khusus dan ketinggian tertentu.
Hal itulah yang disampaikan oleh Komandan Detasemen Matra 2 Paskhas Lanud Abdulrachman Saleh Malang Letkol Pas. Helmi Ardianto Nangge, S.Sos. MM, Selasa (13/03). Latihan ini dilaksanakan untuk menghadapi latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) yang akan diselenggakan sekitar bulan April 2018.
“Penerjunan yang dilakukan hari ini dilaksanakan sebanyak tiga sortie masing-masing 30 personel dari kesatuan Denmatra 1 dan Denmatra 2, Paskhas TNI AU sejumlah 30 prajurit, Satuan Ton Taifib TNI AL sejumlah 30 prajurit, dan Brigif 18 Divisi 2 Kostrad sejumlah 30 prajurit,” imbuh Helmi.
Ditambahkannya, bahwa penerjunan kali ini dilakukan diatas ketinggian 15.000 feet msl (mean sea level). Dropping zone berada di grass trip Lanud Abdulrahman Saleh Malang. “Pesawat yang digunakan jenis Hercules C130 registrasi A1337 dari Skadron 32 Lanud Abdulrahman Saleh,” jelas Helmi.
Menurut rencana, kata dia, latihan terjun akan dilaksanakan dua kali terjun siang dan satu kali terjun malam. Dalam latihan hari ini pesawat Hercules dipiloti oleh dua set crew, yaitu Mayor Pnb Yudhi Bandung, Kapten Pnb Vincent dan crew kedua Mayor Pnb Dodik Supriyanto dan Mayor Pnb Fandi Pulungan.
“Latihan ini berlangsung dari tanggal 12-16 maret 2018, dan diisi dengan teori-teori latihan. Terjun tempur yang akan dilaksanakan bertujuan terjun dengan ketinggian tertentu, alat peralatan tempur yang didaratkan di daerah sasaran dengan melaksanakan isi, sabotase, spionase dan tim pendahulu,” pungkas Helmi. (say/yon)
