Malang, (malangkota.go.id) – Tanggal 20 Maret diperingati sebagai Hari Dongeng Sedunia atau World Storyteeling Day. Hari dongeng sedunia ini berawal dari hari nasional mendongeng di Swedia yang dikenal dengan “Alla Berattares Dag” atau All storytellers day yang berarti hari pendongeng.
Pada tahun 1997, pendongeng di Perth, Australia Barat juga mengadakan peringatan Celebration of Story memperingati 20 Maret sebagai International Day of Oral Narrators. Di masa yang sama, di Meksiko dan negara lainnya di Amerika Selatan, 20 Maret telah diperingati sebagai National Day of Storytellers. Sejak saat itulah 20 Maret ditetapkanlah sebagai hari dongeng sedunia.
Dongeng bisa menjadi salah satu sarana atau media untuk pembelajaran anak-anak. Melalui dongeng anak-anak bisa belajar tentang toleransi dan nilai moral lainnya. Dongeng pun dapat menjadi sarana untuk memasukkan transfer knowledge kepada anak-anak seperti pesan-pesan atau apa saja.
Menurut Siti Handayani atau yang akrab disapa Bunda Moza pendongeng asal Malang, adanya perubahan pola pendidikan, kebiasaan baru dan cara berkomunikasi salah satunya melalui gawai di masa pandemi, seperti saat ini membuat dongeng dapat menjadi salah satu cara fun learning at home. Karena dongeng identik dengan imajinasi yang disukai anak-anak, selain itu kegiatan mendongeng juga identik dengan berbagi cerita baik dan menggembirakan yang membuat hati senang.
Sebelum masa pandemi orang tua sudah lebih banyak mengalihkan atau memberikan penghiburan kepada anak melalui gawai. Gawai telah menjadi bagian penting dalam aktivitas sehari-hari, anak-anak kini makin akrab dengan screen time yang membuat komunikasi dan bonding antara orang tua dan anak jadi semakin berkurang. Nah, dongeng mempunyai banyak manfaat dan sangat penting terutama meningkatkan bonding antara orang tua dan anak di era digital ini.
Untuk mendongeng dan menceritakan kebaikan pada anak tidak perlu menunggu menjadi pendongeng, karena semua orang adalah pencerita, tidak ada orang yang tidak bisa bercerita. Mendongeng juga bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja.
“Sejak dalam kandungan, anak sudah bisa didongengin. Kita ajakin ngomong dan cerita. Kemudian ketika anak berusia 1-2 tahun, dongeng dapat mengembangkan daya imajinasi anak, memperkaya kosa kata, dan meningkatkan keterampilan bahasa, kemampuan mendengarkan, serta merangsang kreativitas. Akan banyak sekali kosa kata baru diserap sehingga ditirukan,” ujar Bunda Moza.
Bunda Moza juga menyampaikan bahwa anak-anak ibarat sebuah kertas kosong. Orang tua, guru, orang tua di sekitar anak turut menjadi pelukis masa depan untuk mereka. Sehingga sangat penting juga memilih kata dan diksi saat menyampaikan pesan kebaikan dalam dongeng pada anak.
“Misal kita ingin sampaikan agar anak-anak gemar membaca buku, bisa kita modifikasi dongeng yang terkenal. Si kancil anak baik, suka membaca buku. Ayo lekas didukung. Meski bukan berarti kancil suka mencuri ketimun tidak ada nilai positifnya, namun tugas kita memberikan dongeng yang memberi nilai yang positif,” ujar Bunda Moza saat memberi contoh dongeng sederhana.
Dongeng sendiri terdiri dalam beberapa kategori, pertama dongeng fantasi atau khayalan seperti wortel atau kubis yang dapat berbicara saat mendongeng tentang makanan sehat. Kedua adalah cerita, dalam cerita ini tokohnya nyata namun tetap ada pesan khusus yang mau disampaikan. Ketiga adalah kisah, ini mengisahkan tentang teladan seorang tokoh seperti kisah nabi.
“Kemudian ada yang bersifat heroik atau kepahlawanan, jika anak-anak lebih banyak mengenal Superman dan Spiderman, namun ada cerita kepahlawanan seperti Cut Nyak Dien, RA Kartini, dan lainnya,” papar Bunda Moza yang juga aktif di udang sebagai pendongeng di berbagai instansi seperti BUMN, Kemendikbud, Menko PMK dan KPK.
Ada begitu banyak manfaat yang bisa didapatkan dari dongeng. Aktivitas mendongeng seperti kedekatan orang tua dan anak semakin terjalin baik, dapat membantu menanamkan nilai-nilai moral, seperti kejujuran, kebijaksanaan, keberanian sejak dini pada anak dan lain sebagainya. Tips untuk mendongeng pun cukup sederhana, yaitu perbanyak membaca literasi, lihat dan kenali karakteristik anak seperti usia dan hal yang disenangi, gunakan metode yang menyenangkan seperti menyisipkan lagu atau menggunakan cerita sederhana yang ada nilai pesan kebaikan.
“Jadi tunggu apalagi? Mari tumbuhkan kembali budaya mendongeng,” tutupnya. (eka/ram)