Malang, (malangkota.go.id) – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang telah melakukan berbagai upaya pencegahan penularan demam berdarah dengue (DBD). Berdasarkan data yang dihimpun, tercatat bahwa pada awal tahun ini, 1-9 Januari 2022 jumlah pasien DBD yang dirawat di RSUD Kota Malang sebanyak sembilan orang.
“Jika dihitung sampai hari ini, jumlah ini berkurang dibandingkan pada Desember lalu. Dari jumlah ini mayoritas adalah usia 4-13 tahun. Masyarakat diimbau menjaga kebersihan lingkungannya agar tidak ada nyamuk bersarang,” ujar Direktur RSUD Kota Malang dr. Rina Istarowati.
Bagi beberapa orang, gejala yang dialami tergolong ringan dan kadang dianggap sebagai gejala flu biasa. Di lain kasus, virus ini dapat menyebabkan penurunan trombosit secara drastis. Kondisi ini tentunya berbahaya dan berpotensi menyebabkan komplikasi perdarahan dan dengue shock syndrome dengan risiko kematian tinggi. Oleh karenanya, upaya pencegahan sangat perlu dilakukan untuk menekan penularan DBD.
Sementara itu, Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Kota Malang dr. Bayu Tjahjawibawa mengungkapkan, kasus positif dipicu oleh penularan di lingkungan sekitar. Kasus DBD terjadi karena perilaku masyarakat yang kurang memperhatikan kebersihan lingkungan. Kurangnya kebersihan lingkungan ini salah satunya menjadi penyebab berkembang biaknya nyamuk aedes aegypti, yang merupakan penyebar virus dengue. Dinkes Kota Malang telah melakukan beberapa upaya untuk menekan angka kasus positif DBD.
“Dinkes bersama puskesmas melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) untuk memastikan pasien benar terjangkit DBD atau tidak. Kami juga melakukan penyuluhan di RT/RW. Selain itu, melaksanakan penguatan untuk pemberantasan sarang nyamuk (PSN),” papar Bayu.
Bayu berharap agar masyarakat juga aktif memberantas sarang nyamuk di lingkungan sekitar. Masyarakat dapat melakukan pemberantasan serangan nyamuk dengan 3M Plus, yaitu menguras atau membersihkan tempat penampungan air, menutup rapat tempat-tempat penampungan air, dan memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang bisa menjadi sarang nyamuk aedes aegypti.
Selain tiga hal tersebut, masyarakat juga disarankan menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air, menggunakan obat nyamuk atau anti-nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur, memelihara ikan pemangsa jentik, menanam tanaman pengusir nyamuk, mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah, tidak menggantung pakaian di dalam rumah yang juga bisa menjadi sarang nyamuk, dan juga secara rutin membersihkan rumah dan lingkungan sekitar.
“Kegiatan ini harus ditingkatkan terutama pada musim hujan dan pancaroba. Hal ini dikarenakan peningkatan curah hujan dapat menyebabkan semakin banyaknya tempat perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti,” sambungnya.
Menanggapi hal itu, Wali Kota Malang Drs. H. Sutiaji mengungkapkan, adanya data terkait penyakit atau wabah yang terjadi di masyarakat sangat penting sebagai deteksi dini. “Kemudian, penanganannya juga bisa dilakukan lebih awal agar wabah itu tidak merebak. Seperti misalnya demam berdarah karena saat ini musim hujan,” imbuh Sutiaji.
Sutiaji meminta kepada masyarakat agar lebih baik mencegah daripada mengobati. Menurutnya, masyarakat agar membersihkan lingkungan sekitarnya supaya tidak ada tempat sarang nyamuk. Sehingga masyarakat tidak digigit nyamuk dan tetap sehat. (ari/ram)