Malang, (malangkota.go.id) – Pemerintah Kota (Pemkot) Malang menegaskan komitmen secara aktif memerangi perubahan iklim dengan mengimplementasikan inisiatif lokal Kota Malang dalam agenda global tersebut. Hal ini disampaikan Wali Kota Malang Drs. H. Sutiaji saat menjadi pembicara dalam webinar nasional ‘Climate Mitigation Towards Zero Emissions: A Lesson-learnt from Indonesia Local Governments’ secara virtual, Senin (17/1/2022).
Wali Kota Sutiaji menyampaikan, komitmen pembangunan berkelanjutan telah tertuang dalam misi kedua pembangunan Kota Malang. Misi kedua tersebut berbunyi mewujudkan kota produktif dan berdaya saing berbasis ekonomi kreatif, keberlanjutan, dan keterpaduan. Di mana hal tersebut berkorelasi langsung dengan pemikiran jangka panjang atau The Future of Malang, yakni Malang Nyaman.
“Kota Malang telah menyusun sejumlah langkah sebagai penguatan komitmen dalam menghadapi tantangan isu perubahan iklim,” papar Sutiaji dalam Global Covenant of Mayors for Climate and Energy online national webinar in Indonesia yang diselenggarakan oleh United Cities and Local Governments Asia Pacific (UCLG ASPAC).
Beberapa di antaranya telah terwujud dalam Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) 2018 dan Rencana Aksi Daerah Adaptasi Perubahan Iklim (RAD-API) 2019. Pemkot Malang melalui perangkat daerah terkait juga terus meningkatkan ruang terbuka hijau (RTH) publik, serta mengembangkan urban farming di 57 kelurahan dan 17 hektar program pekarangan pangan lestari.
“Program Kampung Iklim (Proklim) juga terus kita kuatkan sebagai pengembangan inisiatif adaptasi perubahan iklim di tiap wilayah. Selain itu, penguatan Bank Sampah Malang untuk mengurangi sampah organik dan anorganik. Kami juga telah merampungkan modernisasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Supit Urang sebagai bagian dari program Emission Reduction in Cities (ERIC) Solid Waste Management (SWM),” jelas Sutiaji.
Seperti kota-kota lain di dunia, lanjut Sutiaji, Kota Malang sebagai kota terbesar kedua di Jawa Timur juga menghadapi tantangan isu perubahan iklim. Misalnya risiko bencana, keamanan suplai air baku, risiko penyakit, dan ketahanan pangan.
“Sehingga kami membumikan agenda global ke dalam inisiatif lokal untuk membangun keterlibatan dalam isu perubahan iklim. Dalam menghadapi tantangan ke depan, pengembangan mobilitas rendah karbon menjadi salah satu jembatan, dengan terus mengembangkan pedestrian dan jalur sepeda,” ungkapnya.
The Global Covenant of Mayors (GCoM) untuk Iklim dan Energi sendiri adalah aliansi global terbesar kota dan pemerintah daerah yang secara sukarela berkomitmen untuk aktif memerangi perubahan iklim dan bertransisi ke ekonomi rendah karbon dan tahan iklim.
Kota Malang bersama empat kota lain di Indonesia, yakni Denpasar, Depok, Makassar, dan Palembang dipilih menjadi pilot project dalam GCoM tahap pertama dalam pengembangan rencana aksi iklim dan pelatihan mitigasi iklim di bawah GCoM Asia fase pertama (Proyek IUC Asia). Tujuannya, menerapkan dan mengimplementasikan aksi iklim untuk berkontribusi pada pencapaian nol emisi. (eka/ram)