Malang, (malangkota.go.id) – Berdasarkan data yang dihimpun Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang, hingga 14 Maret 2022 capaian vaksin pada kelompok lanjut usia (lansia) masih rendah dibandingkan dengan capaian vaksin dari kelompok umur lainnya. Tercatat bahwa capaian vaksin dosis pertama di angka 68,97 persen (57.321 orang), dosis kedua 64,71 persen (53.782 orang), dan untuk vaksin booster masih mencapai 14.49 persen (12.042 orang).
Padahal kelompok masyarakat lansia ini diprioritaskan untuk mendapat vaksin Covid-19. Vaksinasi Covid-19 sangat penting bagi lansia. Bukan tanpa alasan, masyarakat yang sudah berusia senja, di atas 60 tahun, lebih rentan terhadap paparan Covid-19 terlebih bagi mereka yang memiliki penyakit penyerta. Kondisi fisik yang mulai melemah membuat lansia lebih sulit untuk melawan infeksi, termasuk Covid-19.
Plt. Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kota Malang drg. Muhammad Zamroni menyebutkan, masih rendahnya capaian vaksinasi lansia ini dikarenakan banyaknya lansia yang tidak mau divaksin. “Yang tidak mau ini mayoritas karena takut akan adanya Kejadian Ikutan Pascaimunisasi (KIPI) dan juga banyak yang pilih-pilih vaksin,” ungkap Zamroni, Kamis (17/3/2022).
Hal lain yang kerap menjadi alasan rendahnya minat lansia untuk mendapat vaksin adalah lokasi sentra vaksinasi yang jauh, tidak ada pendamping, akses transportasi yang sulit, atau bahkan kurangnya dukungan dari keluarga. Beberapa kasus ada keluarga lansia takut malah terpapar virus di sentra vaksinasi atau juga ada yang meragukan efektivitas vaksin pada lansia. Hal inilah yang kemudian menghambat para lansia untuk mengikuti vaksinasi.
Menurutnya, Dinkes Kota Malang terus berupaya meningkatkan capaian vaksin lansia dan akan melakukan pendataan ulang lansia. Data yang diterima Dinkes Kota Malang dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispendukcapil) Kota Malang, kemungkinan ada yang sudah meninggal atau pindah domisili.
“Makanya sekarang mau dicoba cari tahu data lansia di mana saja yang belum divaksin. Melibatkan lintas sektor di tingkat pemkot sampai tingkat RT/RW. Sehingga nanti bila sudah tau pasti sasarannya yang belum vaksin, bisa dilakukan jemput bola,” tuturnya.
Dokter sekaligus edukator Kesehatan dr. Adam Prabata juga mengatakan edukasi yang dilakukan harus berfokus pada manfaat vaksinasi, bukan hanya risikonya. Apalagi vaksin ini jauh lebih banyak manfaatnya bagi masyarakat, terutama lansia, dibandingkan risikonya.
Pemerintah pun telah memberikan edukasi kepada masyarakat untuk melawan hoaks yang beredar terkait vaksin Covid-19. Dilansir dari laman resmi Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) Kemenkes RI, ada empat manfaat vaksinasi Covid-19, yakni merangsang sistem kekebalan tubuh, mengurangi risiko penularan, mengurangi dampak berat dari virus, dan mencapai herd immunity.
Setelah mengetahui manfaat vaksin ini, diharapkan dapat memotivasi lansia untuk segera mendapat vaksin. Selain itu, keluarga sebagai support system paling utama diharapkan dapat memberi pemahaman akan pentingnya vaksinasi bagi lansia untuk menekan angka penularan.
“Tak sekadar agar terhindar dari paparan Covid-19, vaksinasi merupakan upaya untuk meminimalisir gejala berat hingga kematian bagi kondisi lansia yang rentan. Tentunya dengan tetap menerapkan pola hidup sehat dan protokol kesehatan yang ketat,” pungkasnya. (ari/ram)