Malang (malangkota.go.id) – Kini tak hanya buah apel atau keripik tempe yang bisa dijadikan oleh-oleh khas Malang. Satu produk yang bisa dipertimbangkan untuk dijadikan buah tangan adalah produk fesyen Malangan.
Di Kota Malang, ada usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang memproduksi aneka produk fesyen dengan bordir khas Malangan. Red Tulip namanya. Red Tulip adalah Toko Butik Daster Bordir dengan bahan dari 100% katun yang lembut dan dingin. Desainnya pun unik dan khas. Dengan bordiran bermotif bunga.
Menurut penuturan pemiliknya, Ike Vidya Nuswantari, ada filosofi yang terkandung dalam nama Red Tulip. Red Tulip, red yaitu merah dimana melambangkan energi dan cinta. Bunga Tulip yang berwarna merah memiliki arti sebuah kecintaan yang mendalam serta kasih sayang yang sempurna. Ike bercerita bahwa usahanya ini dirintis sejak tahun 2018.
“Kami ingin mengembangkan salah satu heritage Kota Malang, yaitu daster bordir khas Malang atau biasa orang sebut daster Malangan. Daster Malangan ini sangat unik dan sudah menjadi salah satu tujuan belanja wisatawan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Ike menyebutkan aneka produk fesyen yang dibuatnya antara lain, homedress (daster Malangan), longdress/gamis, piyama, baju anak, tas, dompet. Selain itu, Red Tulip juga memproduksi sarung bantal dengan bordir khas Malangan yaitu bunga. Untuk harga bervariasi mulai dari Rp145.000,00 untuk baju dan sampai Rp385.000,00 untuk mukena.
“Yang membedakan dengan produk lain adalah desain baju yang up to date atau kekinian dengan variasi model paling banyak sebagai pilihan. Kami juga menggunakan bahan yang terbaik,” tuturnya.
Usaha yang beralamat di Jalan R. Tumenggung Suryo 131D, Blimbing, Kota Malang ini juga memasarkan produknya melalui website, media sosial, hingga e-commerce. Selain itu, Red Tulip juga menerima pemesanan dalam jumlah tertentu, misalnya untuk seragam.
Ike menyebutkan bahwa kini dirinya mempekerjakan total 70 orang karyawan. “Saya dibantu 64 orang staf produksi, yaitu bagian jahit, bordir, menempel, dan tenaga pendukung untuk setrika, potong, dan quality control. Sedangkan enam orang lainnya staf di toko. Semuanya perempuan, ibu rumah tangga,” tuturnya. (ari/ram)