A. Highlight Pendidikan

Inovasi Mini Peso SMPN 22 Sabet Medali Emas di Ajang I2ASPO

Kedungkandang (malangkota.go.id) – Tampil di ajang olimpiade sains internasional Indonesia International Applied Science Project Olympiad (I2ASPO), lima siswa SMP Negeri 22 Kota Malang menorehkan prestasi membanggakan dengan menyabet medali emas.

Lima siswa SMPN 22 penyabet medali emas di ajang I2ASPO foto bersama karya Mini Meso dan guru pembimbing

Lima siswa tersebut adalah Bre Banyubiru, Dafa Ghaitsa Yogatama, Sasono Faqih, Muhammad Aqila Ishaam dan Novel Nino Herlambang. Para siswa kreatif ini tergabung dalam Tim Kader Inovasi SMPN 22 Kota Malang.

Di ajang yang digelar oleh Indonesian Young Scientist Association ini mereka mengengkat karya berjudul Mini Peso (Mini Organic Trash Processing Tool) from Used Goods, yang merupakan pengolah sampah organik berukuran mini.

Untuk menggayuh prestasi membanggakan dan mengharumkan Kota Malang di ajang I2ASPO ini tentunya tidak mudah, dan harus melalui persaingan yang ketat dengan total peserta sebanyak 410 tim online dan 85 tim offline dari 17 negara. Diantaranya dari Bangladesh, India, Vietnam, Amerika Serikat, Korea Selatan, Thailand, Filipina, Turki, Rusia, Hongkong, Malaysia, Meksiko, Iran, Paraguay, Kazakstan dan juga dari Indonesia.

Salah satu Tim Kader Inovasi SMPN 22 Kota Malang, Dafa Ghaitsa Yogatama mengungkapkan Mini Peso adalah mesin pengolah sampah mini yang dibuat dengan memanfaatkan barang-barang bekas. Antara lain dari bekas dinamo mesin cuci, tong bekas cat, galon bekas dan mata pisau buatan sendiri.

“Barang-barang bekas itu kami rakit sedemikian rupa sehingga bisa lebih cepat mencacah dan mengolah sampah organik,” jelas Dafa, Jumat (10/2/2023).

Ide awal dibuatnya Mini Peso ini diungkapkannya adalah membuat alat pengolah sampah yang simpel dan bisa dibawa hingga di depan kelas. Harapannya dengan adanya alat ini adalah agar semakin cepat dan efesien mengolah sampah dengan didukung teknologi tepat guna.

“Kami ingin memanfaatkan barang-barang bekas agar dapat dimanfaatkan kembali. Dan akhirnya terciptalah Mini Peso pengolah sampah organik yang lebih minimalis, mudah dioperasikan, murah dan efesien,” urai Dafa.

Sementara itu Guru Pembimbing Tim Kader Inovasi SMPN 22 Kota Malang, Dwi Utami, S.Pd mengaku bersyukur siswa yang dibimbingnya bisa menjadi juara di kejuaraan berlevel internasional. Diungkapkannya bahwa sebelum tampil di ajang I2ASPO anak didiknya tersebut sudah dilatih agar kreatif membuat inovasi.

“Anak-anak kami ajarkan bagaimana membuat inovasi yang bisa menjadi solusi sebuah masalah di (Tim) Kader Inovasi SMPN 22,” terang Dwi.

Kader Inovasi dibuat untuk melatih anak didik membuat inovasi-inovasi terkait lingkungan hidup yang juga terus dikembangkan di Sekolah Adiwiyata, seperti halnya di SMPN 22.

Untuk mengikuti ajang I2ASPO ini, dikatakan Dwi, anak didiknya sudah mempersiapkan diri selama tiga bulan. “Mulai dari mencari ide, menyusun proposal, merakit alat hingga presentasi menggunakan bahasa Inggris di depan dewan juri,” ungkap Dwi.

Dalam pelaksanaan I2ASPO, para pesertanya melakukan presentasi dan tanya jawab menggunakan bahasa Inggris dengan dewan juri dari berbagai negara, salah satunya berasal dari India.

Dwi pun berharap keberhasilan ini semakin memotivasi para siswa untuk berani berinovasi, termasuk juga bersaing dengan negara lain. Dan dengan mengikuti kejuaraan-kejuaraan di berbagai level dapat dijadikan pengalaman dalam memecahkan masalah lingkungan di kehidupan sehari-hari. (cah/yon)

Leave a Comment

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

You may also like

Skip to content