Blimbing (malangkota.go.id) – Menjelang Tahun Baru Imlèk 2575 Kongzili, kue keranjang mini membawa berkah tersendiri bagi Sonia Winoto. Meski membuat kuenya setahun sekali, warga Jalan Sutan Syahrir Gang Kesatrian No 18 Kota Malang ini mengaku pesanannya datang dari berbagai kota dan meningkat 50 persen dari tahun sebelumnya.
Disampaikan wanita berusia 27 tahun ini, pesanannya berasal dari Jakarta, Semarang, Surabaya dan Pasuruan. Sejak Januari lalu, setidaknya sudah ada pesanan 250 kotak dan mereka memesan melalui berbagai platform media sosial.
Setiap kotak, kata Sonia berisi 25 kue dan dijual mulai harga Rp45 ribu hingga Rp55 ribu. Kue keranjang mini ini berbentuk bunga dan ikan. Dibuat dari tepung ketan, air dan gula dengan beraneka ragam warna, kue ini mempunyai beberapa rasa, antara lain macca, taro dan red velvet.
Ukurannya yang mini membuat kue manis dan kenyal ini mempunyai keunikan dan ketertarikan tersendiri, terutama bagi para peminat. “Orang-orang bilang, ini kayak unik banget gitu lo. Kalau biasanya besar-besar, ini yang kita buat yang kecil-kecil sehingga tinggal sekali makan,” beber perempuan berkacamata itu, Selasa (6/2/2024)
Hingga puncak Imlek atau tanggal 9 Februari, pesananan kue keranjang mini ini terus mengalir. Sonia memperkirakan dapat menjual sebanyak 500 hingga 750 kotak nantinya.
Salah satu tokoh umat Konghucu, Luluk Indraningsih mengatakan bahwa kue keranjang ini adalah salah satu sajian khas Imlek. Kue ini pun, kata perempuan yang juga humas Klenteng Eng An Kiong ini merupakan simbol pemersatu dan keguyuban umat.
“Kalau sembahyang di rumah, di dapur itu makanannya yang manis-manis. Biasanya ada kue keranjang, yang manis dan lengket. Menurut tradisi, supaya lengket, jadi ndak kakean omong (tidak banyak bicara) saat ibadah menghadap yang kuasa,” jelas Luluk. (say/yon)