Blimbing (malangkota.go.id) – Merebaknya wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan di Kota Malang membuat sebagian orang panik dan enggan mengonsumsi daging dan susu. Namun hal itu menjadi perhatian serius Pemerintah Kota Malang melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Dispangtan).
Menurut Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Kota Malang drh. Anton Pramujiono, masyarakat tidak perlu panik dengan PMK yang saat ini menyerang hewan. Masyarakat tetap aman mengonsumsi daging asalkan diolah dengan baik dan benar.
“Penyakit PMK bukan penyakit bersifat zoonosis (menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya). Jadi tidak perlu takut mengonsumsi daging dan susu selama daging dan susu dimasak dengan benar. Daging tidak perlu dicuci, namun direbus selama 30 menit sebelum diolah. Apabila daging tidak segera dimasak, simpanlah pada chiller selama 24 jam,” jelas drh. Anton Pramujiono, Jumat (27/5/2022).
Begitu juga dengan jeroan, Anton berbagi tips agar aman dikonsumsi masyarakat harus memilih jeroan yang sudah direbus, lalu diolah ataupun disimpan dalam kulkas. Kemasan daging dan jeroan harus direndam dengan detergen sebelum dibuang.
“Untuk susu harus dipanaskan dahulu hingga mendidih sambil diaduk lima menit agar aman untuk dikonsumsi,” terang Anton.
Dari survei yang dilakukan di Kota Malang, Anton mengakui seiring maraknya PMK selama ini untuk konsumsi daging memang mengalami penurunan. Untuk itu, pihaknya terus melakukan edukasi kepada masyarakat agar tidak takut mengonsumsi daging dan susu selama bisa melakukan penanganan dengan benar.
Terkait penyebaran PMK di Kota Malang, Anton menyebutkan sampai tanggal 26 Mei 2022 ada sebanyak 191 sapi yang positif PMK. Untuk sapi yang terindikasi PMK saat ini Dispangtan bersama komunitas dan surveilans sudah melakukan penanganan.
“Data terakhir 26 Mei 2022 ada 191 kasus PMK di Kota Malang. Satu sapi mati, 164 dilakukan pengobatan dan pengawasan, 17 ekor dipotong, dan sembilan ekor sudah sembuh setelah dilakukan penanganan,” kata Anton.
Wabah PMK banyak menyebar mulai dari Purwantoro, Kedungkandang, Sukun, Blimbing. Penyumbang kasus PMK terbanyak dari wilayah Purwantoro, Kecamatan Blimbing. Karena terdapat sentra industri tempe sanan yang banyak diisi dengan peternakan sapi.
“Untuk meminimalisir yang terpapar, kami sudah meminta untuk memisahkan sapi. Penularan PMK bisa terjadi melalui kotoran dan kencing. Terutama yang bekas luka di bagian kuku itu banyak virusnya,” kata Anton.
Untuk saat ini yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan pengobatan secara cepat dan tepat. Selain itu dilakukan edukasi agar peternak segera melakukan desinfeksi apabila ditemukan paparan PMK.
“Saya berharap agar ternak tetap menjaga kesehatan ternaknya, menjaga kebersihan kandang, dan menyemprot desinfektan. Menambah kekuatan atau stamina ternak dan tidak mendatangkan atau memasukkan ternak baru ke kandang yang bisa menularkan PMK,” tegas Anton. (cah/ram)