Salah satu koleksi bersejarah Museum Brawijaya yang berada di Jl. Ijen No. 25 Kota Malang adalah ‘Gerbong Maut’ yang merupakan saksi bisu perjuangan para pahlawan dalam menentang penjajahan. Harnanik (85 tahun), salah satu pelaku sejarah peristiwa yang terjadi di tahun 1947 itu menceritakan secara langsung kisah pilu tersebut di gelaran Museum Brawijaya Fair 2014, Sabtu (27/12).
Harnanik menceritakan peristiwa ‘Gerbong Maut’ itu terjadi ketika pasukan Belanda berhasil menduduki Bondowoso tanggal 22 Februari 1947. Pada saat itu Belanda menangkap kurang lebih seratus pejuang yang ada di Bondowoso.
“Seusai menangkapi para pejuang, Belanda mengirim para pejuang ke Surabaya menggunakan kereta barang untuk menjalani penahanan,” jelas Harnanik, Sabtu (27/12).
Harnanik yang saat itu juga ikut ditangkap pasukan Belanda terus berdoa dan pasrah karena sudah tidak mungkin untuk melarikan diri. Di tengah keputus-asaan itu ternyata empat tawanan wanita termasuk dirinya tidak jadi dinaikkan ke dalam gerbong.
“Seandanyai saya waktu itu naik gerbong belum tentu saya bisa menghirup udara kemerdekaan. Bersyukur saya bisa sehat sampai sekarang,” ujar Harnanik.
Harnanik mengatakan dari sekitar seratus pejuang yang waktu itu dinaikkan ke dalam dua gerbong, hanya separuh saja yang masih hidup dan akhirnya ditahan oleh Belanda. Selain karena mendapat perlakuan yang tidak manusiawi, para pejuang banyak yang meninggal di dalam gerbong karena kereta barang itu tidak memiliki lubang ventilasi.
Perjalanan di siang hari yang menempuh kurang lebih 20 jam dari Bondowoso hingga Wonokromo itu para pejuang juga tidak diberi makan dan minum, bisa dibayangkan seperti apa rasanya kelaparan, kehausan, serta panasnya di dalam gerbong itu. Dari situasi itu akhirnya banyak dari para pejuang yang gugur dan akhirnya dikenang sebagai peristiwa ‘Gerbong Maut Bondowoso’. (cah/yon)