Klojen (malangkota.go.id) – Momen Hari Batik Nasional yang diperingati setiap tanggal 2 Oktober ternyata bersamaan dengan Hari Anti Kekerasan Internasional. Terkait hal itulah, saat peringatan Hari Batik Nasional di halaman depan Balai Kota Malang, Senin (2/10) yang dihadiri anggota DPR RI, para tokoh agama, tokoh organisasi kepemudaan, pelajar dan mahasiswa, juga dilakukan deklarasi.
Deklarasi ini adalah untuk menolak segala bentuk kekerasan dalam bentuk apapun. Dipimpin oleh Anggota Komisi VI DPR RI Rieke Diah Pitaloka, deklarasi dikumandangkan di hadapan ratusan hadirin yang mayoritas dari kalangan kaum muda itu. Melalui deklarasi ini, diharapkan semua pihak turut menolak segala tindak kekerasan.
Hal itulah yang ditekankan oleh politisi PDI Perjuangan itu sebelum memimpin pembacaan deklarasi. Ada lima point deklarasi untuk turut mewujudkan toleransi dunia, dan diantaranya yaitu terus berjuang menjaga kenyataan keberagaman bangsa-bangsa dunia dan menolak kekerasan, stigmatisasi dan penyebaran kebencian dalam bentuk apapun, oleh siapapun, serta kepada siapapun.
Yang tidak kalah penting, dalam deklarasi ini mendorong penyelesaian konflik secara damai, berperikemanusiaan yang adil dan beradab, membantu penanganan korban tragedi kemanusiaan dalam semangat perdamaian dunia. Serta menjaga dan memperjuangkan kehidupan yang harmonis tanpa memandang perbedaan agama, suku, ras dan golongan.
Kaitannya dengan Hari Batik Nasional, disampaikan Rieke, bahwa batik Indonesia sudah diakui dunia dan hal ini dapat menjadi pondasi untuk mewujudkan toleransi dunia. Dalam sebuah batik ada kedalaman dan penghayatan, dimana dari warna-warna yang dipadukan bisa berharmonisasi.
“Oleh sebab itu, dari deklarasi yang dilakukan di Kota Malang ini, diharapkan bisa turut mewujudkan toleransi berskala internasional, sehingga tidak ada lagi kekerasan dalam bentuk apapun. Kita akan selalu mendukung terwujudnya perdamaian dunia, dan hal itu bisa dimulai dari yang terkecil, seperti acara pada hari ini,” jelas politisi berparas molek itu. (say/yon)