Klojen (malangkota.go.id) – Untuk memudahkan pemantauan air di lima sungai strategis selama 24 jam, Perum Jasa Tirta I Malang memiliki terobosan baru yaitu dengan membangun Command Center. Sebelumnya, sistem pemantauan air dan pengumpulan data terkait air yang diterapkan oleh perusahaan negara ini, dilakukan secara konvensional.
Setelah sekitar 28 tahun, Perum Jasa Tirta I Malang akhirnya berinovasi yang pada akhirnya berhasil menerapkan cara yang lebih efektif dan efisien, dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi, sehingga dengan adanya pusat kendali ini akan lebih mengefektifkan kinerja dan data yang diperoleh pun lebih valid.
Beberapa hal itu yang disampaikan oleh Kepala Perum Jasa Tirta I, Raymond Valiant Ruritan saat peluncuran serta memperkenalkan sistem baru dari Commad Center, Kamis (31/01/2019) di Kantor Perum Jasa Tirta I di Jl Surabaya Kota Malang.
Sebelum ada sistem ini, disampaikan Raymond pemantauan air hanya dilakukan di Sungai Brantas saja yang mengaliri wilayah Malang Raya hingga Surabaya. “Hari ini, dengan adanya Command Center, pemantauan air bisa dilakuakan di lima sungai strategis nasional, yakni Sungai Brantas, Bengawan Solo hingga Sungai Tobasa yang ada di Sumatera Utara,” ungkap pria bekacamata itu.
Di Command Center ini, pihaknya bisa melakukan pemantauan air untuk kepentingan masyarakat, seperti curah hujan, air mengalir di sungai, jumlah tampungan air di waduk, ketersediaan air hingga kualitas air.
“Upaya ini menjadi bagian dari revolusi industri saat ini atau yang biasa disebut (revolusi industri) 4.0. Dengan demikian, semua data dan informasi dapat terdigitalisasi, dan bisa dipantau secara real time selama 24 jam,” imbuh Raymond.
Di Indonesia, terang dia, (Command Center) baru yang pertama dan semoga bisa menjadi contoh serta membawa dampak yang lebih baik lagi bagi institusi. “Sistem ini juga berfungsi untuk mengantisipasi dan bahkan mencegah terjadinya banjir yang disebabkan oleh faktor debit air. Dalam sistem ini ada peralatan khusus yang dibenamkan yang dapat mendeteksi apakah debit air masuk dalam kondisi biasa atau membahayakan,” ungkap Raymond.
Lebih jauh dia mengatakan, bahwa meningkatnya debit air bisa disebabkan karena curah hujan tinggi dalam beberapa jam, sehingga menyebabkan air sungan naik dan dapat memicu terjadinya banjir.
“Jika kondisi ini terjadi, maka sistem akan langsung mendeteksi, dan kami segera memberitahu jajaran pengelola bendungan air untuk segera mengantisipasi dan mengambil langkah-langkah konkret agar tidak sampai terjadi bencana banjir,” pungkas Raymond. (say/yon)