Artikel

Kurangi Penumpukan Sampah, Warga Mergosono Dilatih Buat Pupuk Cair

Kedungkandang (malangkota.go.id) – Warga RW 2, Kelurahan Mergosono, Kota Malang atasi penumpukan sampah organik menjadi bernilai ekonomi dengan mengolahnya menjadi pupuk cair.

Warga RW 2, Kelurahan Mergosono, Kota Malang foto bersama pegiat lingkungan, Heru Purnomo di kelurahan setempat, Senin (4/2/2019).

Dalam mewujudkan cita-cita itu, warga RW 2 ini menggelar pelatihan pembuatan pupuk cair bersama pegiat lingkungan, Heru Purnomo di kelurahan setempat, Senin (4/2/2019).

Ketua RW 2, Kelurahan Mergosono, Kota Malang, Rubianto mengaku selama ini kesulitan membuang sampah di daerah kelurahan itu. Walau pun sampah nonorganik sudah tertangani dengan cara dijual ke Bank Sampah, namun sampah organik masih menjadi masalah.

“Saat cuaca hujan seperti saat ini sampah sering tidak terangkut. Truk yang biasa mengangkut sampah sering tidak bisa jalan karena ambles saat ke penampungan sementara,” kata Rubianto.

Kebetulan, kata dia, ada Heru Purwanto pegiat lingkungan yang mau berbagi ilmu dan pengetahuan dalam membuat pupuk cair. Melalui kegiatan ini, para ibu-ibu RW 2 Kelurahan Mergosono bisa menjadi belajar mengolah limbah dapur menjadi pupuk cair.

“Jika semua keluarga di RW 2 tidak membuang sampah organik dari dapur, maka ada sebanyak dua gerobak setiap hari sampah organik yang tidak perlu lagi dibuang,” kata Rubianto.

Saat ini kondisi TPA Supit Urang yang sudah semakin penuh, sambungnya, langkah pengolahan sampah organik menjadi pupuk cair sangatlah penting. Sehingga lingkungan sekitar rumah warga juga akan semakin bersih dan hijau karena tanaman mendapat pupuk gratis setiap hari.

Heru Purwanto mengaku sudah lama melakukan riset pemanfaatan limbah rumah tangga untuk pembuatan pupuk cair. Dengan menggunakan alat sederhana seperti kaleng bekas, pembuatan pupuk organik cair bisa dilakukan secara mudah oleh keluarga.

“Jika membuat pupuk cair bisa dilakukan semua keluarga di Kota Malang, ke depan tentunya Kota Malang tidak bingung lagi mencari tempat pembungan sampah saat TPA Supit Urang sudah tidak mampu lagi menampung,” terang Heru.

Ia mengaku bahwa tidak mudah dalam merubah cara pandang masyarakat dalam mengolah sampah organik. Namun dirinya yakin dengan pendekatan yang telaten, suatu saat kegiatan seperti ini akan bisa berhasil dan membawa banyak manfaat. (cah/ram/yon)

Leave a Comment

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

You may also like

Skip to content