Lowokwaru (malangkota.go.id) – Bangsa yang besar adalah bangsa tak melupakan sejarah. Kata-kata bijak itu menjadi salah satu yang mendasari dibangunnya Museum Pendjara Lowowaroe di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas 1 Lowokwaru Kota Malang. Museum ini berada di salah satu sudut lapas dan memanfaatkan bangunan tandon air yang dibangun semasa penjajahan Belanda atau tepatnya pada tahun 1918.
Secara swadaya dengan mengajak sejumlah warga binaan, beberapa barang sejarah di masa penjajahan Belanda mulai ditata. Seperti halnya kuali yang memiliki berat sekitar 1,2 ton yang ada di depan museum dan pada tahun 1970 lalu yang digunakan untuk memasak makanan bagi warga binaan di lapas.
Di sebelah kiri museum juga dipajang dua unit truk yang kala itu digunakan sebagai transportasi untuk mengangkut para tahanan. Sejumlah barang peninggalan yang selama ini nyaris tak terawat pun mulai dibersihkan dan dipajang di tempat ini oleh para warga binaan, seperti meja kayu yang dibuat pada tahun 1950.
Kepala Lapas Kelas I Lowokwaru Malang Anak Agung Gde Krista, Senin (29/06/2020) mengatakan jika didirikannya museum ini untuk mengenang sejarah sehingga dapat dijadikan sarana pembelajaran. “Tak hanya warga binaan, nantinya masyarakat umum, khususnya pelajar dapat berkunjung ke tempat ini,” ucapnya.
Gde Krista menambahkan, mengingat masih masa pandemi Covid-19, museum ini untuk sementara waktu belum dibuka untuk umum, karena dikhawatirkan akan menjadi pemicu merebaknya atau menularnya virus berbahaya itu.
Benda-benda bersejarah lain yang tersusun rapi di museum ini yaitu mesin ketik manual, sepeda onthel yang pada zaman dahulu dipakai para sipir, genset, alat pintal tenun dan foto-foto aktivitas petugas lapas.
Dari museum ini para pengunjung tidak hanya dapat mengetahui benda sejarah, namun bagaimana kehidupan di penjara sehingga dari semua itu juga dapat memberi banyak pelajaran bagi warga masyarakat untuk tidak berbuat kejahatan, karena akan berurusan dengan hukum dan berakhir di balik jeruji besi.
Hingga saat ini pihak lapas masih terus mencari dan mengumpulkan barang bersejarah lain serta melakukan penataan sebaik mungkin agar museum menjadi lebih menarik dan menjadi daya tarik untuk dikunjungi.
Ke depan, museum ini akan dikolaborasikan dengan sejumlah barang peninggalan lain milik lapas yang ada di kawasan Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang melalui program sarana asimilasi edukasi. (say/yon)