Selama seminggu, Pasar Seni akan menggelar workshop kerajinan tradisi, topeng bubur kertas, raket jabung, musik (didgeridoo, rinding), mulas wayang kulit, pergelaran tari dari Sanggar Citra Natya Budaya, Shakuntala, Sentra Budaya, Nava Kendedes, Sekar Tanjung, launching antologi puisi penyair Malang Raya ‘Sajak Dwiawangga Dunia Tak Lagi Dingin’, pentas musik Kak Fery, Bejo Rinding, Azis Franklin, Soegeng Rawoeh dan orasi kebudayaan oleh Yusri Fajar.
Ketua panitia acara, Uddin Noor, Senin malam (28/12/2020) mengatakan bahwa acara ini juga dimeriahkan oleh stan industri kreatif dan menampilkan sosok seniman di Kota Malang yang piawai membuat dan memproduksi instrumen musik tradisi Indonesia seperti Arik Sugianto, Isa Ansori, Azis Franklin, Bejo Rinding, Budi Ayin.
“Pengunjung boleh membeli berbagai instrumen musik tradisi dari rinding Malang, angklung towel, rainstick, sapek, kulcapi, hasapi, fujara, kajoon, gamelan, seruling, didge bamboo, didge kayu, gendang, occarina kayu, bansi minang, saluang, siter, solawa. Harga dipatok dari 50ribu hingga 100 juta rupiah. Bisa preorder dan mufakat harga,” imbuhnya.
Selain itu, juga ada stan Museum Musik Indonesia yang menampilkan koleksi instrumen musik dari Sumatera hingga Papua. Namun semua tidak dijual dan sepenuhnya demi kepentingan edukasi serta wujud apresiasi kepada masyarakat.
” Kita juga adakan pemutaran dokumentasi Digitalisasi Relief Candi Jago oleh Syarifuddin, penerima Fasilitasi Bidang Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud tahun 2020,” urai Noor.
Sebagai bagian dari acara pasar seni ini, kata dia, Badan Pengurus Harian (BPH) Sastra akan meluncurkan antologi puisi penyair Malang Raya dengan judul ‘Sajak Dwiawangga Dunia Tak Lagi Dingin’, Rabu (30/12/2020) di pendopo Hazim Amir Dewan Kesenian Malang mulai pukul 14.00 WIB sampai selesai.
Buku hasil kurasi karya para penyair Malang Raya ini akan didiskusikan dalam acara tersebut oleh Tengsoe Tjahjono sebagai kurator, Abdul Mukhid sebagai penerjemah buku ke dalam bahasa Inggris, dan juga Yose S. Beal sebagai perwakilan penulis sekaligus tim penerbitan buku.
“Rencananya launching buku akan dihadiri oleh para sastrawan yang termaktub dalam buku ini: Djoko Saryono, Denny Mizhar, Akaha Taufan Aminudin, Nanang Suryadi, Lindung Ratwiawan, Alif Hanifatur Rosyidah, Aminuddin S.Gadi, Ays Nur Adilah, Dani Alifian, Dewi R. Maulidah, Dwi Candra Loka Saputra dan Edeliya Relanika Purwandi,” jelas Noor
Selain itu, juga akan dihadiri Ekwan Wiratno, Esti Satuhu Murrohmah, Eva Nur Lailatul Fitriah, Fajrus Shiddiq, Fathul H.Panatapraja, Fina Mulianastiti, Heni Pristianingsih, Kusmiati, Leo Zainy, Lidya Devega Slamet, M.Zain, Nia Puspita Sari, Nila Mahardika, Nuning Salimah, Nur Aida, Rendra Fatrisna K, Rivaldi Anjar Saputra, Salsabila Nur Aulia, Sawir Wirastho, Vito Prasetyo, Wahyu Kris A.W., Wak Blem.
Lebih jauh Noor mengatakan jika buku ini bisa dikatakan antologi puisi pertama yang diterbitkan oleh Dewan Kesenian Malang. Menariknya lagi, buku ini ditulis dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris. Selain itu, di dalam buku setebal 218 halaman ini juga terdapat sejumlah foto (monokrom) lukisan para perupa Malang.
“Buku bersampul Kampung Warna Warni, salah satu ikon Kota Malang, bisa didapatkan di stan bursa buku BPH Sastra Dewan Kesenian Malang bekerja sama dengan Toko Buku Pelangi Sastra selama acara Pasar Seni berlangsung,” pungkas Noor. (say/yon)