Malang, (malangkota.go.id) – Bank Sampah Eltari-230, Bank Tani Al Barru, Griya Maggot BSF Kelurahan Cemorokandang, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, rumah minim sampah mendapat kunjungan Mr. Takeshi Tomomizu dari Jepang, Rabu (21/9/2022).
Lurah Cemorokandang, Ahmad Ridwan, SE mengatakan, kunjungan Mr. Takeshi Tomomizu ini merupakan kebanggaan bagi Kota Malang, khususnya Bank Sampah Eltari-230. Mr. Takeshi Tomomizu merupakan peneliti dari perusahaan energi Jepang yang melakukan riset di Bank Sampah Malang Raya. Dia bekerja di Section 2 Development Departemen 1 The New Value Frontier KYOCERA Corporation Minatomirai Reasearch Center.
“Selain dari Jepang, mahasiswa dari Universitas Tribuana Tunggadewi juga sedang melakukan magang selama tiga bulan terkait maggot black soldier fly (BSF),” ujar Ridwan.
Owner Bank Sampah Eltari-230, Yusuf Karyawan mengatakan, Griya Maggot BSF adalah pengembangan usaha dari Bank Sampah Eltari-230. Sebelumnya, Bank Sampah Eltari-230 sudah menangani sampah anorganik dan Bank Tani Al Barru.
“Griya Maggot merupakan jawaban bagi kami untuk mengatasi masalah sampah di Kota Malang, terutama sampah rumah tangga,” kata Yusuf.
Lokasi usaha yang dikelola Yusuf, saat ini sudah banyak menjadi percontohan dan tempat pembelajaran bagi mahasiswa dan peneliti. Paling berkesan, kata dia, hadirnya peneliti dari Jepang ke tempat usahanya, yakni Mr. Takeshi Tomomizu.
“Dari tempat ini kami mengedukasi masyarakat untuk membantu pengelolaan sampah dari rumah. Sehingga bisa mengurangi sampah yang harus dibuang ke TPA,” ucap Yusuf.
Alur usaha yang dikelola Yusuf sangat sistematis, Bank Sampah Eltari-230 mengelola sampah anorganik. Griya Maggot BSF untuk mengurai sampah organik. Sedangkan maggotnya dimanfaatkan untuk pakan unggas, ikan, burung, dan lain-lain. Limbah budidaya maggot digunakan untuk pupuk kompos/organik dan dikelola oleh Bank Tani Al Barru.
Sementara itu, mahasiswa magang dari Universitas Tribuana Tunggadewi, Farida Gadibulu mengatakan sangat tertarik belajar di Griya Maggot BSF yang dikelola oleh Yusuf. Menurutnya, melalui belajar langsung di lapangan akan banyak ilmu baru yang bisa didapatkan. Misalnya, belajar langsung pembibitan maggot, pemeliharaan, panen, hingga pemasaran.
“Setelah selesai magang dari sini, saya berencana mengembangkan usaha seperti ini di tempat asal saya, yakni Nusa Tenggara Timur (NTT),” pungkasnya. (cah/ram)