Sukun (malangkota.go.id) – Krisis energi di tengah pertumbuhan penduduk menjadi salah satu permasalahan yang harus dipecahkan. Tak hanya krisis energi, masalah lingkungan, serta maraknya arus globalisasi memaksa manusia untuk mencari dan mengembangkan energi baru terbarukan (EBT) sebagai sumber energi alternatif yang efisien, namun tidak memberikan dampak pencemaran terhadap lingkungan.
Hal itulah yang melatarbelakangi mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) berkolaborasi dengan mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Brawijaya (UB) Malang memanfaatkan limbah air Rumah Potong Hewan (RPH) Kota Malang untuk menghasilkan alternatif listrik yang dinamakan Slaughtering House Waste Water (SHOWER).
Para mahasiswa inovatif itu adalah Hendra Surawijaya (FKH 2016), Elfahra Casanza Amada (FKH 2017) dan Rizhaf Setyo Hartono (FMIPA 2016) yang dibimbing drh. Ani Setianingrum, M.Sc. Kegiatan ini didanai oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi dalam Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Karsa Cipta (PKM-KC).
Ketua Tim, Hendra Surawijaya menjelaskan, SHOWER merupakan inovasi rancang bangun alat pemanfaatan bakteri limbah air rumah potong hewan dengan konsep bernama Agar Salt Bridge. “Teknologi ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi masyarakat di lingkungan RPH,” ucapnya usai demonstrasi inovasi di hall Perusahaan Daerah (PD) RPH Kota Malang, Senin (8/7).
Ditambahkannya, SHOWER yang memanfaatkan limbah air bisa mengurangi pencemaran lingkungan sekitar, sehingga bau limbah air yang tidak sedap bisa menjadi alternatif energi baru dan terbarukan.
“Mekanisme kerja SHOWER sangat mudah, yaitu air limbah RPH yang telah diambil pada daerah RPH ditampung ke dalam chamber penyimpanan. Pada chamber penyimpanan dicampur dengan Effective Microorganisme 4 (EM4) untuk menghilangkan bau pada air limbah. Air limbah yang sudah dicampur dengan EM4 dimasukkan ke dalam chamber kemudian ditambahkan manitol salt agar dan garam elektrolit,” bebernya.
Kemudian dijelaskannya bakteri akan mengoksidasi substrat dan menghasilkan elektron dan proton pada anoda. Elektron ditransfer melalui sirkuit eksternal, sedangkan proton didifusikan melalui separator membran manitol salt agar menuju katoda. Beda potensial elektron dan proton itulah yang akan menghasilkan arus listrik.
“Energi listrik yang dihasilkan dari limbah air RPH dapat menjawab tantangan zero waste dan mengurangi pencemaran lingkungan,” jelasnya lagi.
Selain itu, alat ini juga sebagai sumber energi baru dan terbarukan yang ramah lingkungan, efisien, murah, dan mudah digunakan. “Berdasarkan kelebihan itu, alat ini memiliki potensi yang luar biasa untuk mengatasi ketenagalistrikan dan ketahanan energi di Indonesia sehingga mampu mewujudkan Sustainable Development Goals,” tandas Hendra.
Sementara itu Plt Direktur PD RPH Kota Malang Ir. H. Ade Herawanto, MT mengatakan bahwa inovasi ini sebagai bagian dari action plan dalam rangka menindaklanjuti rencana kerjasama antara PD RPH Kota Malang dengan berbagai perguruan tinggi.
“Salah satunya adalah UB. Khususnya dalam inovasi ini sebagai kelanjutan MoU dengan Dekan FKH UB, MIPA serta berbagai fakuktas lainnya,” ungkap pria yang menjabat sebagai Kepala Badan Pelayanan Pajak Daerah (BP2D) Kota Malang ini.
Ade menekankan, selain menjadi inovasi baru dalam menyongsong isu lingkungan hidup dan energi terbarukan, lebih dari itu adanya teknologi ini diharapkan mampu memberi manfaat besar bagi Bumi Arema.
“Tentu akan kami kaji lebih lanjut, karena ini masih skala uji coba, nanti akan disinkronkan sehingga lolos dan layak uji untuk skala produksi,” tambah Sam Ade d’Kross, demikian sapaan akrabnya.
Mantan Kabag Humas Setda Kota Malang itu menambahkan, pihaknya terus menggali potensi kemanfaatan yang lebih besar lagi. “Sehingga inovasi ini akan aplikatif dan berkesinambungan dengan program-program inovatif lainnya,” tutup Sam Ade. (hms/yon)