Klojen, MC – Batik merupakan budaya asli Indonesia yang banyak diminati warga luar negeri seperti halnya Amerika Serikat. Kemarin, Selasa (12/1) sebanyak 16 mahasiswa asal negara Paman Sam itu belajar batik ikat dan batik tulis di SMP Kristen 1 YPK Malang.
Setiap tahun para mahasiswa asing itu selalu datang ke sekolah yang berada di Jl. Kelud ini dengan berbagai misi. Kali ini mereka belajar membatik kepada para siswa. Sebelum mempraktikkan, mereka diberi teori terlebih dahulu. Para bule ini menyimak dengan seksama penjelasan dari para siswa.
Setelah itu, mereka diajari cara membuat batik ikat, yaitu dengan mengikat lembaran kain dengan karet gelang yang didalamnya diisi sebuah kelereng. Di tempat lain beberapa siswa menyiapkan air panas yang sudah diberi garam dan zat pewarna kain. Kemudian ikatan-ikatan kain itu dicelupkan, diaduk, dan dibiarkan selama 30 menit.
Ikatan-ikatan kain itu kemudian diangkat, dilepas ikatannya, dicuci dan dijemur. Terlihat hasil batik ikat yang sangat menakjubkan. Selanjutnya para bule belajar membuat batik tulis yang diawali membuat sketsa batik. Hasil sketsa itu kemudian dibatik menggunakan canting. Setelah jadi, hasil torehan batik itu dijemur.
Salah satu mahasiswa, Jessica Reme mengaku senang dengan pembelajaran batik ini. Menurutnya, membatik sangat menyenangkan, meski hasil karyanya tidak begitu bagus. “Membuat batik sangat seru dan menyenangkan,” ucap perempuan berparas cantik itu dengan penuh antusias, Selasa (12/1).
Sementara itu, salah satu siswa SMPK 1 YPK, Fransiska Sandra mengatakan jika dia juga senang bisa mengajari bule membuat batik. Meski ada sedikit kesulitan berkomunikasi karena perbedaan bahasa, namun perempuan mungil ini terlihat selalu tersenyum ketika mengajari bule-bule itu.
“Bule yang saya ajari tanya-tanya berbagai hal tentang batik. Saya tidak begitu lancar berbahasa Inggris, sehingga agak kesulitan menjelaskannya. Tapi pada intinya saya senang bisa mengajari mereka. Mereka baik, sopan dan ramah,” urai Fransiska.
Terpisah, Kepala SMPK 1 YPK Malang, Grace Imelda menyampaikan jika ajang ini sekaligus untuk melatih keberanian anak-anak dalam berbahasa Inggris. “Selain itu, mental anak akan terbentuk. Mereka juga bisa mengenalkan budaya Indonesia, yaitu batik,” pungkasnya. (say/yon)