Blimbing (malangkota.go.id) – Mahasiswa dan dosen IKIP Budi Utomo (IBU) Malang memaknai Hari Kebangkitan Nasional dengan menggelar pengabdian kepada masyarakat berbasis multispace learning di Poskamling Cerdas Literasi Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing Kota Malang.
Mereka menyalurkan bantuan buku agar masyarakat mendapatkan bacaan yang berkualitas sekaligus memberikan bantuan mainan ke anak-anak. Para mahasiswa membaur bersama warga dan memberikan kursus singkat Bahasa Inggris serta melakukan pembinaan pendidikan.
Bagi akademisi IBU, poskamling merupakan tempat belajar alternatif. Basis pendidikan yang netral, terbuka, mudah diakses, dan dekat dengan masyarakat. Seluruh lapisan masyarakat bisa berkumpul di poskamling tanpa merasa ada hambatan apapun. Mereka membaur dan berinteraksi untuk membangun diskusi tanpa terikat status sosial. Dengan begitu, poskamling sebagai medan belajar bagi semua kelompok umur secara psikologis menjadi lebih dekat dan efektif.
Karenanya, IBU membina warga yang tergerak membangun poskamling di lingkungan masing-masing dengan memberikan nilai tambah. Awalnya kondisi poskamling kebanyakan kurang terawat, kini dibangun swadaya dengan sentuhan cat agar terlihat artistik dan lebih nyaman. Dulu, poskamling hanya dibuka malam hari saat jaga malam, sekarang dibuka 24 jam untuk belajar warga.
Bahkan, di poskamling juga dilengkapi buku-buku sehingga lebih mirip perpustakaan mini tanpa menghilangkan fungsi sistem keamanan lingkungan. Nilai tambah lainnya, poskamling menjadi basis informasi yang mengkolaborasikan kegiatan sosial, keagamaan, pendidikan, kebencanaan, keamanan, lingkungan hidup, kesehatan dan tangung jawab warga terhadap lingkungan sekitar.
Berbagai persoalan di masyarakat juga didata oleh pengurus poskamling untuk selanjutnya dicarikan solusi melibatkan seluruh warga, pemerintah daerah, perguruan tinggi dan stakeholder lainnya.
Ketua Pengembangan IKIP Budi Utomo Malang Nurcholis Sunuyeko kepada wartawan, Minggu (21/5), mengatakan poskamling merupakan tempat pendidikan alternatif berbasis multispace learning. Semua anggota masyarakat bisa mengakses dan memanfaatkan poskamling sebagai ruang belajar dan diskusi. “Mencerdaskan anak bangsa itu bukan hanya tugas negara, tapi tugas semua warga negara,” katanya.
“Saat anggota masyarakat sudah membaur di poskamling, mereka tidak mempermasalahkan perbedaan suku, agama, ras, antargolongan. Yang santri maupun abangan saling membaur, menyatu dalam semangat kekeluargaan, gotong royong dan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tambahnya.
Memaknai kebangsaan, persatuan dan toleransi sebenarnya sudah diterapkan sejak dulu dalam suasana kekeluargaan oleh warga. Itu semua memanfaatkan multispace learning, salah satunya di Poskamling Cerdas Literasi Malang.
Konsep multispace learning, lanjutnya, berusaha memanfaatkan ruang publik untuk kegiatan belajar tanpa dibatasi oleh waktu. Dengan demikian, warga bisa belajar dengan memilih waktu luang mereka. Begitu juga anak-anak bisa bermain dan belajar di poskamling setelah sekolah. Dengan membaca buku saat waktu senggang di mana pun, maka kegiatan anak-anak akan tersalurkan pada kegiatan positif.
“Demikian juga ibu-ibu dan bapak-bapak, ketimbang ngerumpi, setelah poskamling dibuka 24 jam sebagai ruang baca, maka kegiatan mereka tersalurkan melalui kegiatan belajar. Kami mengapresiasi gerakan warga dalam memberikan nilai tambah pada poskamling, kami akan membantu hotspot di poskamling,” katanya.
Ketua Pengabdian Kepada Masyarakat IBU Titik Purwati menambahkan mahasiswa dan dosen terus konsisten melakukan pengabdian ke masyarakat sekaligus berkontribusi dalam pembangunan. Penerapan program pendidikan sekaligus mengedukasi masyarakat itu guna menghasilkan sumber daya manusia berkualiatas dan memberikan nilai tambah pada perekonomian masyarakat.
Pada peringatan Hari Kebangkitan Nasional ini, belasan mahasiswa IBU bersama anak-anak sekolah dasar membuat kerajinan tangan memanfaatkan bahan bekas. Beraneka ragam hasil kerajinan dari bahan bekas ini diolah anak-anak sendiri sesuai cita-cita mereka masing-masing, seperti membuat pesawat, roket, kapal, tank, mobil-mobilan dan pot bunga yang dihias dengan pita merah putih sebagai simbol kecintaan mereka terhadap bangsa Indonesia.
Sambil berkreasi, anak-anak juga diberi pelajaran pengenalan budaya tanah air serta menyanyikan lagu wajib nasional seperti Indonesia Raya, Padamu Negeri, Rayuan Pulau Kelapa, dan Indonesia Pusaka ciptaan Ismail Marzuki. Selain, untuk memacu kreativitas anak-anak, kegiatan ini untuk mengenang semangat perjuangan pahlawan pendiri organisasi Budi Utomo dalam mewujudkan rasa patriotisme dan nasionalisme serta cintanya mereka pada tanah air agar tercipta generasi penerus bangsa. (say/yon)