Lowokwaru (malangkota.go.id) – Selama ini Desa Mlaten yang berada di Kabupaten Pasuruan dikenal sebagai kawasan sentra pengolahan ikan pindang. Namun dengan berjalannya waktu, limbah cair yang dihasilkannya semakin mencemari lingkungan dan berbahaya bagi kesehatan warga sekitar.
Oleh karena itulah sekelompok mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang melakukan penelitian yang dilakukan sejak bulan November 2018 dan mencari kegunaan lain dari limbah pengolahan ikan pindang tersebut.
Pada awal bulan Mei 2019, mahasiswa FPIK UB Malang yakni Bagas Prasetya, Ipin Orshella, Nur Willis Sunarno, Muhammad Yusuf, Alfiandi Rahmad dan Ahmad Zulkarnain menemukan sisi positif dari limbah pengolahan pindang menjadi lima produk bermutu dari hasil pengembangan dua alat ciptaan mereka.
Produk pertama berupa pupuk cair organik, dan pupuk ini dihasilkan dari sebuah alat ciptaan mereka bernama Sprolina Fertilizer Maker melalui dua tahapan utama. Limbah cair diendapkan di tabung pertama selama satu hari dengan bantuan bakteri e-m-4. Hasil endapan ini kemudian disterilisasi menggunakan panci presto selama lima hingga sepuluh menit sebelum menjadi pupuk cair organik.
Bagas Prasetya, Senin (26/08/2019) mengungkapkan hasil uji laboratorium dan uji coba di lapangan, pupuk cair organik ini mampu meningkatkan kualitas dan produktivitas tanaman para petani, mulai dari sayuran, buah hingga tanaman produktif lainnya.
Tak hanya berhenti disini, Bagas mengatakan bahwa pupuk cair ini ternyata justru menjadi bibit dari empat produk turunan sprolina. “Pupuk cair ini diubah menjadi spirulina powder melalui alat temuan mereka Sprolina Cultivator. Di pasaran, bubuk spirulina yang dihasilkan alat ini banyak diburu pabrik pengolahan makanan dan kosmetik. Satu kilogram mampu menembus angka Rp1,2 rupiah,” terangnya.
“Dari spirulina powder ini sendiri pun, bibit spirulina cair, minuman kesehatan jeli dan beragam kue kering tercipta. Artinya, dari sebuah limbah cair buangan pengolahan ikan pindang yang selam ini mengganggu kesehatan dan lingkungan tempat tinggal manusia, justru berubah menjadi sejumlah produk bermanfaat dan menunjang kesehatan serta memberikan nilai ekonomis bagi perbaikan ekonomi keluarga,” urai Bagas.
Nantinya, kelompok mahasiswa ini bakal segera melakukan pengembangnan dua alat temuan mereka agar dapat digunakan dalam skala besar dan memberikan kualitas yang lebih dibanding yang ada saat ini. (say/yon)