Artikel

Kembangkan Ekraf Animasi, Roundbox Berkibar Hingga Luar Negeri

Malang (malangkota.go.id)  – Salah satu subsektor ekonomi kreatif (ekraf) prioritas yang didukung oleh Pemerintah Kota Malang adalah film, animasi, dan video. Perkembangan animasi di Kota Malang pun semakin meningkat. Hal ini terlihat dari studio-studio animasi yang bahkan telah berpengalaman dalam memproduksi film animasi kelas internasional. Studio itu bernama Roundbox yang berdomisili di Jalan Kendal Sari Barat, No 9 & 11, Kota Malang.

Roundbox studio animasi  di Jalan Kendal Sari Barat, No 9 & 11, Kota Malang

CEO Roundbox, Mahrus Ali menceritakan ia mendirikan usaha kreatifnya ini pada tahun 2017 lalu. Menurutnya, potensi di Malang sangatlah besar, hal itulah membuatnya memilih membuka dan mengembangkan studio animasinya di Kota Malang. Hingga saat ini, studio animasi miliknya telah berhasil mengerjakan dan mengembangkan proyek besar, seperti Nussa, Riko The Series, Jojo & Friends, Pets United yang tayang di Netflix, AstroLoLogy, Ajisaka, Peter Rabbit, Oddbots serta berbagai proyek lain yang masih berjalan. Proyek yang telah mereka kerjakan pun dapat dilihat melalui website https://roundboxanimation.com/#.

“Kami fokus pada pelayanan, jadi dari klien. Kami telah ikut memproduksi beberapa intellectual property (IP), seri, dan juga film unggulan. Dua tahun ini kami mengembangkan IP sendiri, seperti Riko The Series Funding dari Garis Sepuluh,” imbuh Mahrus Ali, Senin (19/7/2021).

Kemudian, lanjut dia, ada beberapa yang saat ini masih servis, jadi masih berjalan di mana rencananya akhir tahun ini akan tayang di Eropa, lalu ada satu lagi dari Korea. Jadi untuk klien-klien Roundbox lebih banyak dari luar negeri, seperti Malaysia, China, Eropa, dan Singapura. Selain sistem manajemen yang bagus, Ali mengaku selalu mengedepankan aspek kualitas dan menjaga integritas yang membuat studio animasinya terus berkembang.

“Saya membawa Roundbox untuk menjaga integritas, jadi klien pasti tau bahwa kami mengerjakan dengan baik dan selesai. Sehingga klien memberikan penawaran lebih banyak lagi. Misal di tahun 2018 klien memberikan kuota dalam satu tahun 12 episode, lalu dia memberikan kuota lagi, apakah bisa mengerjakan 24 episode dalam setahun dan seterusnya. Jadi kami memperluas pelan-pelan,” jelasnya.

Ali mengungkapkan di tahun pertama berdiri, terdapat enam orang karyawan di studionya. Kemudian seiring bertambahnya kuota pada proyek-proyeknya, di 2018 totalnya menjadi sekitar 20 orang karyawan. Pada 2020 studionya mengalami perluasan besar-besaran dengan karyawannya berjumlah sekitar 40-an orang, lalu di awal 2021 hingga sekarang totalnya mencapai 70-an orang karyawan. Roundbox ini sudah memiliki omzet dalam setahun, yakni 2020-2021 sekitar Rp5 miliar.

Terkait total proyek yang dikerjakan, Ali menyampaikan bahwa dalam satu tahun biasanya total proyeknya sama. Namun kuantitas setiap proyek yang bertambah atau kualitas dan biayanya juga yang lebih besar. Jadi misalnya dalam satu tahun, pihaknya mengerjakan empat sampai lima proyek, di tahun berikutnya hampir sama tapi kuantitas per proyeknya bertambah seperti lebih banyak lagi jumlah episode. “Biasanya dari klien menawarkan lebih kuotanya atau jumlah episodenya, atau by quality dan cost lebih besar,” terang Ali.

Di awal pengembangan studio Roundbox, pihaknya hanya fokus pada animasi. Karena sumber daya manusianya (SDM) punya kemampuan dan jago dalam bidang animasi, maka sejak pertengahan 2020 Roundbox sudah diperkuat dengan divisi dari praproduksi hingga pascaproduksi. Sehingga pada 2021, studio ini mulai memperluas proyeknya untuk mengerjakan modeling sampai render.

“Jadi kami lebih fokusnya pada menaikkan kualitas SDM daripada kuantitas SDM. Integritas benar-benar kami jaga, termasuk dalam aspek komunikasi. Karena rata-rata klien kami dari luar negeri yang berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris. Sehingga SDM kami mulai di level supervisor saya minta untuk bisa berbahasa Inggris secara fasih. Sehingga memperlancar dalam berkomunikasi serta mengurus pekerjaan,” imbuhnya.

Di masa pandemi ini, studio Roundbox membuat banyak permintaan terhadap hiburan di rumah semakin banyak. Hampir semua broadcaster, seperti Netflix dan Disneyplus terus mencari dan membuat konten. Banyak studio yang mencari partner dan menawarkan kerja sama untuk menyelesaikan proyek.

“Tawaran pun naik sampai dua hingga tiga kali lipat dari sebelumnya. Saya berharap sektor animasi di Kota Malang ke depan semakin berkembang dengan pelaku-pelaku di dalamnya semakin kompak untuk memajukan industri ini,” sambungnya.

Sementara itu, Wali Kota Malang Drs. H. Sutiaji mengapresiasi prestasi luar biasa yang diraih studio Roundbox. Menurutnya, pengembangan ekonomi kreatif seperti ini harus lebih digiatkan lagi di Kota Malang. Karena Pemkot Malang saat ini memiliki dukungan besar terhadap pelaku ekonomi kreatif.

“Sektor ekonomi kreatif menjadi penyokong pertumbuhan perekonomian Kota Malang. Di tengah terpaan pandemi Covid-19, ekonomi Kota Malang tumbuh dalam kisaran 3,83 persen hingga 4 persen,” ujar Wali Kota Sutiaji.

Ekonomi kreatif, kata Sutiaji, tidak pernah turun, sehingga harus terus didorong pertumbuhannya. Apalagi kekuatan ekonomi Indonesia berada di sektor mikro yang tidak terlalu banyak terpengaruh situasi ekonomi global. (eka/ram)

Leave a Comment

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

You may also like

Skip to content