Malang (malangkota.go.id) – Arab Saudi sebagai tempat lahirnya Islam dan juga populasi jumlah penduduk muslim yang banyak seperti Indonesia, akan tetapi memiliki banyak perbedaan kebiasaan yang terlihat saat Ramadan tiba. Hal itulah yang dirasakan Fachrul Rozi, salah satu alumni Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) penerima beasiswa yang kini tengah melanjutkan pendidikan di Universitas Islam Madinah, Arab Saudi.

Fachrul Rozi, salah satu alumni Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) penerima beasiswa yang kini tengah melanjutkan pendidikan di Universitas Islam Madinah, Arab Saudi.

“Ini menjadi momen bulan puasa pertama saya di luar negeri dan jauh dari tanah air. Tentu rindu, tapi alhamdulillah Ramadan di sini juga ramai seperti di Indonesia,” ujarnya, Kamis (20/4/2023).

Pria yang kerap disapa Rozi itu mengatakan bahwa salah satu kegiatan yang membuatnya kagum adalah saat-saat menjelang berbuka. Meski sama-sama berbagi makanan, tapi orang-orang di Madinah sangat jorjoran dalam memberikan makanan untuk berbuka. Mereka seakan berlomba-lomba berbagi dan berusaha mendapatkan banyak kebaikan di Bulan Suci Ramadan. Makanannya juga beragam, mulai dari daging sapi, nasi beriani, kebab, dan makanan khas Arab lainnya.

“Saya sempat kaget saking banyak dan melimpahnya makanan untuk berbuka. Alhamdulillah, saya dan teman-teman juga turut bergabung memberikan makanan bagi para muslim di sini,” tambahnya.

Pria alumni Fakultas Hukum Keluarga Islam UMM itu juga menyebut bahwa di Madinah, kurma seakan menjadi makanan wajib untuk berbuka. Biasanya orang-orang di Arab menyantapnya berbarengan dengan yoghurt. Menariknya, rasa segar yoghurt di Arab sedikit berbeda ketimbang yoghurt-yoghurt pada umumnya. Ada campuran zabadi yang dituangkan ke dalamnya sehingga mempunyai cita rasa yang asam, asin, dan sedikit manis. Sayangnya, Rozi mengatakan tidak begitu menyukainya karena sedikit tidak cocok untuk lidah orang Indonesia.

Hal lain yang membuat Rozi takjub adalah kultur masyarakat yang benar-benar berhenti beraktivitas saat azan tiba untuk kemudian berbondong-bondong salat berjemaah di masjid. Bahkan para warga juga saling mengingatkan untuk segera melaksanakan salat. Hal itu berlaku bukan hanya saat magrib saja, tapi juga di setiap waktu azan. Kemudian saat selesai salat, aktivitas kembali berjalan normal.

“Memang Arab, terutama Madinah adalah tempat Islam turun dan berkembang pada awalnya. Tapi tetap saja, hal seperti ini membuat saya berdecak kagum. Saya bersyukur bisa menginjakkan kaki di Kota Nabi ini,” ungkapnya.

Terakhir, Rozi juga mendorong anak-anak muda untuk bermimpi dan mengejar mimpinya dengan sungguh-sungguh. Termasuk bersekolah dan menimba ilmu di luar negeri. Namun, jangan lupa untuk membawa ilmu dan pengetahuannya pulang ke tanah air serta membagikannya kepada yang lain.

“Hal itu sesuai dengan prinsip saya yakni pergi untuk kembali. Jadi keberadaan saya di sini hanya sementara untuk menuntut ilmu. Tujuan utama saya insyaallah untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman saat kembali ke Indonesia nanti,” pungkas Rozi. (say/yon)

Leave a Comment

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

You may also like

Skip to content