Artikel Kuliner

Bakso Sayur Pak Ndut, Sajikan Bakso Berbeda Dari Lainnya

Klojen (malangkota.go.id) – Dari banyaknya pilihan kuliner bakso di Kota Malang, Bakso Sayur Pak Ndut menjadi salah satu pilihan unik yang berbeda dari yang lainnya. Larisnya bakso ini bisa terlihat dari banyaknya pelanggan yang berjubel dan mengantre untuk menikmati bakso favorit kalangan mahasiswa ini.

Para pelanggan  mengantre untuk menikmati Bakso Sayur Pak Ndut yang berlokasi  di Jl. Salatiga dekat kampus UM

Antrean panjang biasa terlihat terutama pada saat jam makan siang. Meski begitu, antrean panjang dan penuhnya tempat makan tetap tidak menyurutkan antusias pelanggan untuk menikmati bakso sayur ini. Para pelanggan tetap berbaris rapi untuk mengambil sendiri mie dan pilihan sayuran yaitu sawi dan juga taoge. Sayuran ini sengaja disediakan untuk diambil secara cuma-cuma. Hal itu juga yang membuat bakso ini dikenal masyarakat dengan sebutan Bakso Sayur.

Jika sudah mengambil sayur dan mie, kita kemudian akan diarahkan untuk memilih baksonya. Ada berbagai pilihan bakso di sini, mulai dari bakso halus, bakso kasar, bakso isi daging cincang dan bakso dengan isian telur puyuh. Untuk setiap baksonya dihargai Rp3.000,00 untuk semua varian bakso kecuali bakso kasar yang dihargai Rp5.000,00. Selain bakso, pelanggan juga diberi pilihan menu tahu serta pangsit goreng.

Bakso sayur ini memberikan rasa yang berbeda dengan bakso lainnya di Kota Malang. Saat mencicipinya, Anda akan menemukan sensasi rasa kuah yang ringan dan segar. Menurut sang pemilik, Pak Ndut, basic bakso sayur ini adalah Bakso Solo, sesuai dengan tempatnya berasal.

Namun, ia melakukan beberapa variasi untuk menyesuaikan baksonya dengan selera masyarakat Kota Malang. “Untuk varian bakso ini sudah dikombinasikan. Basic-nya Bakso Solo, tapi kemudian kami lakukan variasi. Mulai tahun ini kami tambahkan menu baru, yaitu bakso kasar yang besar ini,” terangnya

Ide untuk memvariasikan menu baksonya itu ternyata cukup berhasil dan membuat usahanya yang dimulai sejak sekitar 20 tahun yang lalu ini bisa terus bertahan hingga saat ini.

Diceritakannya pada awalnya ia berkeliling dengan gerobak di sekitar wilayah kampus Universitas Brawijaya dan Universitas Negeri Malang (UM), hingga kemudian usahanya menetap di Jl. Salatiga dekat kampus UM.

Kini warung baksonya sudah bertambah besar dan jauh lebih nyaman dengan banyaknya kursi dan meja untuk pelanggan. “Kita buka setiap hari mulai pukul 10.00 WIB sampai habis. Biasanya jam setengah dua siang sudah habis. Hari Minggu kami buka di minggu pertama dan ketiga setiap bulannya,” tutupnya. (iu/yon)

Leave a Comment

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

You may also like

Skip to content