Berita

Pengelolaan Terpadu TPA Supit Urang Ditunda

Pengelolaan sampah dengan teknologi Jerman di TPA Supit Urang tidak jadi terealisasi tahun ini sebagaimana yang ditargetkan sebelumnya. Dalam kontek ini, Pemkot Malang harus merevisi targetnya untuk pengelolaan sampah dengan sistem Sanitary Land Field Full di TPA Supit Urang tersebut.

Kepala DKP Kota Malang, Drs. Wasto, SH, MH
Kepala DKP Kota Malang, Drs. Wasto, SH, MH

Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Malang, Drs. Wasto, SH, MH mengatakan jika pihaknya tidak berani mematok target kapan rencana itu terealisasi, faktanya memang tidak semudah yang dibayangkan. “Tapi kami berharap tahun depan sudah mulai ada pelaksanaan,” ujarnya kepada wartawan, Rabu (19/12).

Wasto menambahkan, bahwa pengelolaan dengan investor dari Jerman ini sudah diajukan ke pemerintah pusat sejak awal tahun 2012. Saat ini, blue print pengelolaan sampah itu dari Kementerian Pekerjaan Umum (KemenPU) dan Kementerian Keuangan (kemenkeu) sudah selesai.

“Blue print baru diajukan ke Presiden untuk ditandatangani. Kapan ditandatangani presiden itu kami kurang tahu,” ucap Wasto.

Jika sudah ditandatangi, kata dia, maka tinggal menunggu proses pencairan dana hibah. Nominal kebutuhan dana, sesuai hasil pra desain dan Detailed Engineering Design (DED) sudah selesai di KemenPU muncul angka Rp 195 milyar untuk pembiayaan pengelolaan sistem Sanitary land Field Full.
“Kapan pengelolaan terpadu itu dimulai, kami juga masih menunggu hasil blue print yang diajukan ke presiden itu,” jelas Wasto.

Pengelolaan sampah dengan memasang instalasi untuk menangkap gas metan sampah yang kini sudah ada di TPA Supit Urang, menurut Wasto, sistem Sanitary Land Field Full dari Jerman itu akan mendukung program yang sudah ada. “Penangkapan gas metan itu ada di dalam lahan eksisting, sementara yang bantuan dari pusat dengan dikelola Jerman itu berada di luar eksisting,” terang Wasto.

Jika saat ini pengelolaan masih kurang sempurna, maka bisa didukung dengan konsep sistem Sanitary Land Field Full. Potensi air lindi atau gas metan bisa lebih maksimal dikelola. “Air lindi tidak akan merembes ke bawah tanah, penangkapan gas metan juga lebih baik lagi. Karena pengelolaan TPA nanti lebih dikonstruksi secara konsep yang terpadu,” pungkas Wasto. (say/dmb)

You may also like

Skip to content