Berita

Agung Widayanto dan Kawannya Miliki Inovasi Grease Trap

Malang, (malangkota.go.id) – Agung Widayanto melangkah ringan menuruni tangga demi tangga gang sempit di antara permukiman padat sekitar bantaran sungai di Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Sukun, Kota Malang, Sabtu (5/6/2021). Di sebuah segmen gang, ia berhenti lalu menunjuk sederet anak tangga warna-warni dengan beberapa manhole cover berpenutup plat besi di tengahnya.

Agung Widayanto melangkah ringan menuruni tangga demi tangga gang sempit
di antara permukiman padat sekitar bantaran sungai di Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Sukun, Kota Malang

Di balik plat besi itulah tersimpan sistem tangki septik komunal untuk memproses limbah domestik atau rumah tangga yang dibangun bersama masyarakat melalui program Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas). Pria penggemar travelling tersebut telah berkecimpung sebagai tenaga fasilitator lapangan sanitasi Kota Malang sejak tahun 2010. Kecintaannya terhadap kebersihan ditunjukkannya melalui pengelolaan lumpur tinja. Ia benar-benar menyenangi pekerjaan ini sebagai panggilan hati.

Belasan tahun lamanya bergelut dengan permasalahan limbah domestik perkotaan membuat ayah tiga anak ini paham, bahwa tidak mudah merubah pola pikir masyarakat yang sering abai pada limbah hasil aktivitas manusia itu sendiri. Tidak banyak yang tahu bahwa perilaku buang air besar sembarangan (BABS) dan sistem sanitasi yang kurang layak bisa memiliki dampak kesehatan antargenerasi, seperti meningkatnya ancaman stunting pada anak-anak.

Diakuinya, masih banyak orang yang belum sadar bahwa setiap orang memiliki tanggung jawab untuk memastikan agar limbah tidak mencemari dan merugikan orang lain. Oleh karena itu, tanpa kenal lelah dan tanpa menakar imbalan, ia getol mengedukasi warga.

“Minat dan kemauan untuk mengubah perilaku yang sebelumnya membuang limbah domestik ke sungai sangat penting. Pembangunan tangki septik merupakan perwujudan dari mencegah, menghentikan, dan memperbaiki kerusakan alam. Dalam hal ini pencemaran sungai akibat pembuangan limbah domestik,” tutur Agung.

Optimisme menjadi senjata yang sepertinya telah mendarah daging dalam benak ayah tiga putri ini. Sehingga setiap kesulitan yang dihadapi dipandangnya sebagai tantangan dan peluang.

“Salah satunya adalah kontur di wilayah Kota Malang ini bagus, masyarakat terutama yang di bantaran sungai, kurang lebih radius 100 meter badan air sejak dulu sudah memanfaatkan sungai (sebagai tempat pembuangan). Nah, mengubah pandangan itu yang menjadi tantangan kita,” ujar dengan penuh prihatin.

Berawal dari keprihatinan melihat limbah dapur yang biasanya tercampur lemak atau minyak yang pastinya tidak baik jika langsung dibuang ke alam. Kemudian, ia bersama rekannya membuat inovasi, yaitu bak perangkap lemak atau minyak (grease trap).

Dengan inovasi ini, lemak atau minyak dari limbah dapur akan tersaring dan tertinggal di bak perangkap dan yang keluar hanya air sehingga tidak akan mencemari lingkungan. Inovasi ini sempat masuk dalam 10 besar Inovasi Teknologi Bidang Lingkungan Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan (Barenlitbang) Kota Malang 2019 dan berlanjut dinobatkan sebagai juara III Inovasi Teknologi Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Provinsi Jawa Timur Bidang Lingkungan 2019.

Agung memiliki asa besar, bahwa ke depan upaya mewujudkan 100% open defecation free (ODF) atau bebas perilaku BABS bisa terwujud. Menguatnya komitmen pemerintah, khususnya Pemerintah Kota Malang yang terus menggulirkan pembenahan kebijakan pendukung hingga meningkatkan anggaran sanitasi di tiap kelurahan turut menjadi salah satu sumber optimismenya.

“Kita sebagai manusia masa diberi alam dan lingkungan yang bersih hanya untuk mengotori dan mencemari. Bahwa kita hidup sebagai manusia harus ikut memayu hayuning bawana,” ujar Agung.

Menurutnya, tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2021 yang diperingati pada 5 Juni lalu tentang restorasi ekosistem, sangat cocok dengan semangat mencegah, menghentikan, dan memperbaiki kondisi alam. Di mana sanitasi menjadi bagian di dalamnya. Untuk itu perlu sinergi semua lembaga di Kota Malang karena sanitasi tidak bisa ditangani oleh beberapa perangkat daerah atau lembaga terkait saja, tapi harus semua.

Dia memberi contoh, keberhasilan merubah perilaku dan menyediakan akses sanitasi layak bagi lebih dari 300 kepala keluarga (KK) di Tanjungrejo merupakan kerja sama pemerintah, baik di Kota Malang maupun di pusat, tokoh masyarakat, hingga lembaga non-pemerintah yang aktif mendampingi.

Berkat dedikasi dan pencapaiannya selama mendampingi masyarakat di berbagai kelurahan di Kota Malang, Agung pun kini banyak dipercaya oleh Kementerian PUPR maupun lembaga lainnya untuk berkeliling Indonesia.

“Saya berbagi pengalaman membangun kesadaran akan sanitasi yang aman dengan daerah-daerah lain. Perbaiki alam, pemilik alam (Tuhan) akan memperbaiki kehidupan kita,” pungkas Agung. (ari/ram)

Leave a Comment

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

You may also like

Skip to content