Berita Perempuan

Seni Menjadi Pemimpin Perempuan ala Atyatul Husna

Malang, (malangkota.go.id) – Pemimpin perempuan, sebagai pemangku jabatan dan juga pengambil kebijakan seringkali dinilai memiliki kelebihan dibandingkan dengan kaum laki-laki. Misalnya lebih peka dalam melihat suatu hal dan mampu berpikir dua kali lebih panjang sebelum akhirnya memutuskan suatu kebijakan. Hal ini juga diamini oleh Atyatul Husna, S.Hi., M.EI, yang kini menjabat sebagai Lurah Kidul Dalem.

Lurah Kidul Dalem Atyatul Husna

“Dengan kelembutannya, perempuan juga lebih bisa untuk menangani beberapa hal, seperti misalnya ketika terjadi hal-hal yang ‘panas’, perempuan memiliki kemampuan untuk membuat suasana menjadi lebih adem. Bukan berarti membuat orang menjadi tidak tega untuk berbuat sesuatu terhadap kita. Tetapi, tetap harus siap di garda terdepan menghadapi segala risiko yang mungkin terjadi,” lanjutnya lagi.

Sepanjang karirnya menjadi pemimpin perempuan, terutama di kelurahan, perempuan yang biasa disapa dengan ibu Lik ini merasa banyak tantangan yang sempat dialami. Baginya, hal tersebut justru menjadi seni dari jabatan lurah itu sendiri. Akan tetapi, jika memposisikan diri sebagai aparatur sipil negara (ASN), ia melihat terlepas apapun gender-nya, pelayanan terhadap masyarakat tetap menjadi hal yang harus diutamakan dan harus selalu siap untuk dilakukan.

Pengalamannya yang paling berkesan sekaligus dirasa menjadi tantangan adalah, ketika viral berita di media bahwa ia didemo warga pada tahun 2020 silam. Dia menjelaskan, kondisi yang sebetulnya terjadi, ia berusaha untuk memediasi aspirasi masyarakat di salah satu RW yang kecewa terhadap kepemimpinan ketua RW-nya. Namun, ada berita yang muncul di media justru tidak sesuai.

Ia masih ingat betul bagaimana panasnya suasana Kelurahan Kidul Dalem pada saat itu, dengan banyaknya massa yang hadir. Namun dengan tenang ia mampu meredam ketegangan yang terjadi. Keberhasilannya mengatasi masalah tersebut kemudian banyak diapresiasi oleh banyak pihak, terutama oleh warganya, yang kemudian menjadi jauh lebih menghormatinya.

Menjadi lurah sendiri, jelasnya, harus siap siaga menerima laporan warga, mulai dari hal yang esensial, hingga hal-hal yang mungkin dipandang beberapa orang kurang penting. Perempuan yang juga seorang hafizah dan juara MTQ Nasional Tahun 2002 ini diharapkan selalu mengayomi seluruh warganya.

Ibu dari lima orang anak ini ternyata memiliki trik khusus dalam menjaga kualitas hubungan dengan anak-anaknya. Ia sering mengajak anaknya dalam beberapa aktivitasnya, baik terkait pekerjaan ataupun kegiatan sosial di lingkungan masyarakat. Hal ini dimaksudkan supaya anak-anaknya bisa memahami pekerjaan yang selama ini dilakukannya dan tetap dekat dengannya di tengah-tengah kesibukan menjadi seorang pemimpin.

Sesekali waktu, ibu dari tiga orang putra dan dua putri ini juga mengajak keluarganya untuk berlibur, terutama ketika tiga putra tertuanya yang mengenyam pendidikan di pondok pesantren di luar kota pulang saat liburan sekolah.

“Kodrat perempuan ketika kembali ke rumah adalah bertugas sebagai ibu dari anak-anaknya. Terlepas dari apapun kesibukan yang dilakukan, penting untuk selalu bisa meluangkan waktu untuk keluarga,” sambungnya.

Meski begitu, bu Lik, tetap menekankan pentingnya perempuan menggali potensi diri dan meraih pendidikan setinggi-tingginya. Perempuan dengan gelar Doktor Pendidikan Luar Sekolah (PLS) dari Universitas Negeri Malang (UM) ini menyampaikan, perempuan adalah madrasah dan tempat pendidikan pertama bagi anak-anak. “Meraih pendidikan tinggi, bukan hanya berpengaruh pada kualitas diri sendiri, tapi juga bisa menjadi contoh dan teladan bagi anak cucu kita nantinya,” tuturnya.

Dalam memaknai peringatan Hari Kartini, ia berterima kasih terhadap perjuangan ibu Kartini, yang membuat perempuan Indonesia bisa menjadi wanita karir, serta secara tidak langsung berpengaruh pada keberhasilan dirinya bisa menjabat sebagai lurah.

“Kepada perempuan di luar sana, tetap menghormati pasangannya walaupun memiliki posisi dan prestasi yang lebih tinggi, serta tetap berusaha memiliki mental yang kuat. Karena semakin tinggi posisi seseorang semakin banyak angin yang akan menerpa,” pungkasnya. (ayu/ram)

Leave a Comment

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

You may also like

Skip to content