Berita

Makna dan Pesan di Balik ‘Malang Menari’

Malang, (malangkota.go.id)  – Dalam 10 bulan terakhir para seniman di Kota Malang, khususnya pelaku seni tari nyaris tidak ada aktivitas karena pandemi Ccovid-19. Seiring dengan hal tersebut penyelenggaraan berbagai kegiatan dibatasi, mengingat kasus Covid-19 terus meningkat. Sejak awal tahun 2021 keadaan mulai berubah dan kegiatan masyarakat mulai diperbolehkan dengan syarat menerapkan protokol kesehatan.

Para penari muda unjuk kebolehan dalam acara Malang Menari di lobi Kantor DPRD Kota Malang

Dari kondisi tersebut komunitas yang tergabung dalam Ikatan Alumni Universitas Brawijaya (IKA UB) Malang menggelar acara seni budaya bertajuk ‘Malang Menari’ di lobi Kantor DPRD Kota Malang, Minggu (14/03/2021). Puluhan penari muda dari usia 4,5 tahun hingga 20 tahun unjuk kebolehan dengan membawakan berbagai tarian daerah, seperti Tari Bapang, Beskalan dan Tari Remo.

Kenjo Aju Wulandari selaku ketua panitia mengatakan kegiatan ini wujud kepedulian bagi para penari muda sebagai ruang untuk berekspresi. Sehingga mereka pun nantinya akan lebih mencintai budaya dari warisan leluhur bangsa. “Terpaan derasnya arus kemajuan zaman dengan masuknya berbagai budaya asing yang kurang mendidik ke Indonesia harus ditekan dan difilter dengan baik, salah satunya melalui acara seperti ini,” imbuhnya.

Dalam pagelaran ini, kata dia, tidak hanya menampilkan berbagai tarian daerah tapi juga disampaikan sejarah atau makna yang terkandung dalam sebuah tarian. Sehingga upaya untuk lebih mencintai budaya bangsa dan meningkatkan nasionalisme, khususnya para kaum muda lebih mengena. “Seperti Tari Beskalan yang merupakan tari ritual untuk ritus kesuburan yang berkaitan dengan kegiatan membuka tanah baik untuk bercocok tanam maupun mendirikan bangunan,” jelas Kenjo.

“Acara ini dibuat untuk menanamkan kecintaan kepada budaya Indonesia dan menanamkan jiwa nasionalisme. Ke depan kami akan mengadakan acara seperti ini secara rutin, dan kami akan menjalin kerja sama dengan berbagai pihak yang lebih banyak lagi, seperti dengan kelompok seni budaya cemeti, pembuat topeng dan seniman lukis. Tujuan kami adalah untuk melestarikan budaya Indonesia jangan sampai kita kehilangan ciri kita,” tegasnya.

Perhelatan ini mendapat apresiasi dari Ketua Komisi D DPRD Kota Malang, H. Ahmad Wanedi yang juga menghadiri acara tersebut. Sebagai institusi yang menaungi seni budaya, pihaknya mengaku jika acara seperti ini harus dilaksanakan secara berkelanjutan. “Jangan sampai budaya bangsa ini tergerus dengan masuknya budaya luar yang terkadang tidak sesuai dengan budaya kita. Sehingga dibutuhkan keterlibatan dan kepedulian berbagai elemen masyarakat dalam upaya penguatan karakter generasi bangsa,” ungkapnya.

“Saya berharap kalau mereka tergabung di sanggar, maka sanggar-sanggar tari itu harus teridentifikasi sehingga nanti bisa sinergi dengan program Pemerintah Kota Malang. Di Komisi D ada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, dan Disporapar. Keberlangsungan kebudayaan Indonesia juga ada di pemerintah, sehingga nanti jika ada kegiatan pemerintahan, mereka bisa ditampilkan. Jadi dalam hal ini sanggarnya diperhatikan supaya mereka bisa berkegiatan,” pungkasnya. (say/ram)

You may also like

Skip to content